Bagian I: Masa Lalu, Periode Kondratieff Spring dan Commodity Bear Market
Ekonomi Bukan Sains
Walaupun mungkin kurang akurat, terkadang
untuk meramalkan masa depan ekonomi, moneter dan harga, kita harus melihat masa
lampau. Karena, ekonomi bukan sains. Untuk sains, cara memahaminya, mempelajarinya
dan mengertinya ada laboratorium yang bisa digunakan untuk melakukan
eksperimen. Eksperimen yang dilakukan dalam skala kecil dan dalam kondisi yang
terkontrol serta terbatas, jika ada
hasil yang tidak diinginkan serta tidak diantisipasi sebelumnya, maka dampaknya
terbatas dan kerusakannyapun terbatas.
Untuk ekonomi tidak ada yang
namanya laboratorium untuk menguji suatu hipotesa dan teori. Sering kali,
politikus di pemerintahan, melakukan eksperimen langsung ke masyarakat. Dampaknya
sering merupakan suatu penderitaan. Mungkin sejak awal para politikus ini
memang tidak punya niat baik, mungkin ada unsur keterpaksaan untuk memilih
antara buruk dan lebih buruk sebagai suatu necessary
evil. Bahkan, sekalipun diawali dengan niat yang baik, dampak buruk yang
tidak terpikirkan sebelumnya atau harmful
unintended conseqencies, sering
muncul dan menjadi penyebab penderitaan jutaan manusia.
Anda bisa membayangkan, seorang dokter yang
main coba-coba obat baru yang belum diuji secara klinis langsung ke masyarakat.
Masyarakat dijadikan sebagai uji klinisnya. Berapa banyak orang yang akan mati,
jika metode ini diterapkan. Mungkin jutaan. Disini terlihat bahwa uji coba di
laboratorium bisa mengurangi resiko yang bisa menimpa masyarakat. Pada uji
laboratorium, yang terkena pertama adalah hewan-hewan percobaan. Kemudian
secara bertahap ke manusia. Tahapan-tahapan ini membuat dampaknya terukur dan
terbatas.
Kali ini EOWI akan melihat
sejarah rupiah selama hampir satu (1) siklus manusia (siklus Kondratieff), yang
panjangnya antara 50 – 70 tahun. Berbarengan dengan itu, rupiah juga sudah
melewati hampir dua (2) siklus komoditi yang panjang siklusnya 30 tahun.
EOWI mempunyai hipotesa bahwa
rupiah punya terkaitan dengan kedua siklus ini. Siklus yang pertama (siklus
Kondratieff), ada kaitannya dengan pola konsumsi dan prilaku manusia ditinjau
dari perjalanan hidupnya. Setiap masa dalam hidup (umur)nya manusia punya pola
konsumsi yang berbeda.
Siklus yang kedua ada
kaitannya dengan sisi pemenuhan
kebutuhannya, yaitu bahan bakunya. Kebetulan basis ekonomi Indonesia adalah
bahan komoditi. Dengan mempelajari pola yang ada, diharapkan EOWI bisa
meramalkan bagaimana nasib rupiah dimasa 10 – 30 tahun mendatang.
Chart berikut ini adalah chart
perjalanan kurs dollar terhadap rupiah dari kelahiran rupiah sampai Juli 2015 dengan
siklus Kondratieff sebagai latar belakangnya.
Kurs US dollar terhadap rupiah (Orba) dan Siklus Kondratieff
Dikaitkan dengan siklus
Kondratieff, antara batas-batas siklus dengan kurs dollar terhadap rupiah tidak
nampak korelasi yang jelas. Pada masa Kondratieff spring sampai awal summer,
terjadi lonjakan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Kemudian pada sebagian
besar masa Kondratieff summer yaitu
tahun 1970an, rupiah relatif stabil sampai menjelang fall (authum).
Rupiah memperoleh tekanan
kembali sampai 75% dari masa Kondrtieff fall
(authum) sampai 1998. Dan
kemudian kembali stabil sampai pertengahan Kondratief winter.
Korelasi kurs dollar terhadap
rupiah dengan siklus komoditi nampak lebih jelas dibandingkan dengan siklus
Kondratieff. Bisa dilihat bahwa selama setiap commodity secular bear market,
rupiah selalu tertekan, walaupun tingkat tekanannya berbeda. Sedangkan selama
periode commodity secular bull market,
rupiah relatif stabil.
Kurs US dollar terhadap rupiah (Orba) dan Siklus komoditi
Saat ini sampai 10 – 15 tahun
mendatang, kita berada dalam periode commodity
secular bear market. Secara deduksi analogi, peluangnya rupiah akan
tertekan terus untuk jangka waktu yang lama yaitu selama 10 – 15 tahun
mendatang. Pertanyaannya adalah, apakah pergerakan kurs dollar tajam akan
seperti beruang grizzly tahun 1950 – 1970 atau beruangnya hanyalah beruang madu
Asia tahun 1980 – 2000? Mungkin jawabannya ada di prilaku manusia dikaitkan dengan
siklus Kondratieff.
Dengan melihat perjalanan
rupiah ini dan dalam rangka menyongsong masa 10 – 30 tahun kedepan, diharapkan
pembaca dan kami sendiri di EOWI bisa menjadikan analisa ini sebagai guiding star (petunjuk) untuk menyusuri
hidup ini lebih baik. Setidaknya untuk bisa lebih baik dari pendahulu-pendahulu
kita. Bagi para baby boomer yang
mulai pensiun, semoga bisa mempertahankan nilai tabungan hari tuanya lebih baik
sampai ajal menjemput. Dan bagi mereka yang masih muda-muda agar bisa menjalani
karir serta mengumpulkan harta lebih banyak. Hedonis dan materialistis sekali
kedengarannya. Kami di EOWI sangat hedonis dan materialistis. Kami bukan
penganut spiritualisme yang tidak jelas. Hedonis dan materialistis adalah
baik!!
Kata hedon, punya konotasi
yang buruk. Tetapi Quran dalam salah satu ayatnya, menganjurkan perilaku hedon,
yaitu: hidup bukan sekedar memenuhi
kebutuhan dasar, tetapi lebih dari sekedar dasar.
[Q 2:219] Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat keburukan yang besar dan beberapa manfa'at bagi
manusia, tetapi mudharat keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka belanjakan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.
Umat Islam disuruh membelanjakan
uangnya lebih dari sekedar untuk keperluan dasar, selama bukan hal-hal yang
buruk dan merugikan. Kalau mampu, belilah mobil BMW atau Mercedes dan pekerjakan
supir bukan sekedar beli Toyota Kijang. Pergilah
untuk manicure dan pedicure. Bukan sekadar beli pemotong kuku. Nikmatilah hidup
yang lebih dari keperluan (dasar). Tentu saja harus dibarengi dengan mengejar
rejeki yang banyak dan halal. Itulah Islam. Hedon, mencintai kenikmatan. Sorgapun
penuh dengan kenikmatan. Carilah sorga di dunia dan sorga di akhirat.
Itulah sedikit pesan moral
dari EOWI.
EOWI bermaksud untuk
memasukkan sebagian dari tulisan ini akan menjadi bagian dari laman Paska Krisis 2014 – 2020, karena relevansinya.
Ekonomi Masa Pra-Rupiah (Nasib Indonesia Sejak Dulu)
Indonesia, atau Hindia Belanda
pada jaman dulu, adalah wilayah yang ekonominya berbasis komoditi. Walaupun
komoditi bukanlah tujuan awal dari orang-orang Eropa datang ke wilayah
nusantara ini, tetapi dalam perjalanan waktu, peran komoditi menjadi penyebab
yang besar untuk tetap bercokol di wilayah ini.
Di abad 19, Hindia Belanda sudah
menjadi wilayah yang berbasis komoditi. Walaupun cultuurstesel (buku-buku sejarah menyebutnya sebagai Tanam Paksa
walaupun seandainya paksaan itu ada, paksaannya jauh lebih lunak dari pada
paksaan membayar pajak di masa NKRI paska Orde Baru dan memberi kemakmuran pada
masa jayanya) yang dicanangkan oleh gubernur Jenderal van den Bosch pada tahun
1830. Untuk mereka yang berkacamata myop akan mengambilnya sebagai tonggak awal
komoditi sebagai basis ekonomi wilayah Hindia Belanda. Padahal sebelumnya,
wilayah nusantara didatangi oleh pedagang-pedagang asing, Arab, Cina dan India
untuk mencari bahan komoditi pertanian.
Menjelang akhir abad 19,
tepatnya tahun 1885 ditemukan minyak bumi di Telaga Said, Langkat.
Penemuan-penemuan lapangan minyak berikutnya di Cepu dan di tempat-tempat lain
membuat wilayah Hindia Belanda ini tidak lagi hanya bergantung pada komoditi
pertanian, seperti karet, gula, tembakau, tetapi juga komoditi tambang. Tidak
hanya minyak, tetapi juga timah (Bangka), bauksit dan batubara mengalami
perkembangan yang pesat karena adanya mesin-mesin (uap) yang bisa dipakai untuk
eksploitasi besar-besaran. Maka lengkaplah wilayah Hindia Belanda sebagai
wilayah yang berbasis komoditi. Dan lengkaplah pula-lah nasib wilayah yang dulu
bernama Hindia Belanda ini mempunyai ekonomi yang naik turunnya mengikuti
siklus komoditi 30 tahunan. Tidak bisa disangkal lagi, pasang-surutnya rupiah
Indoensia sangat dipengaruhi oleh siklus komoditi 30 tahunan ini.
Itulah nasib wilayah ini,
sangat bergantung pada komoditi. Dan nampaknya tidak akan berubah sampai sejauh
mata bisa memandang. Inilah yang akan dijadikan asumsi EOWI dalam menganalisa
rupiah.
Kelahiran Rupiah Indonesia
Mohammad Hatta sering dianggap
sebagai pahlawan tanpa cacat oleh kalangan sejarahwan. Bagi EOWI, Mohammad
Hatta, mungkin adalah orang yang paling berdosa dalam menyengsarakan bangsa
Indonesia. Dan dosanya termasuk jenis amal
dosa jariah (amal = perbuatan). Yaitu perbuatan dosa yang seperti mata air
yang besar, selalu mengeluarkan evil/keburukan/kemudharatan
sampai akhir jaman dan menimpa orang banyak. Dibandingkan dengan Orde Barunya
Suharto yang melakukan purging
orang-orang yang dianggap PKI, Hatta lebih kejam. Purging yang meliputi dari pembunuhan, penahanan dan pengabaian
hak-hak hidup keluarga anggota PKI, dilakukan Suharto hanya berlangsung sampai
15 tahun. Sedangkan apa yang diperbuat Hatta dengan memperkenalkan rupiah
kepada bangsa Indonesia, penyengsaraan rakyat Indonesia melalui inflasi dimulai
sejak awal penggunaan rupiah, dan masih berlangsung terus sampai sekarang serta
masa yang akan datang. Suharto hanya terbatas pada eks-PKI dan keluarganya,
sedangkan Hatta seluruh rakyat Indonesia yang punya uang. Dan semua rakyat
Indonesia punya uang rupiah kecuali rakyat di pedalaman, kaum Badui di Banten,
suku Kubu dan suku-suku sejenisnya.
Cerita rupiah dimulai pada
tanggal 29 Oktober 1946. Melalui Radio Republik Indonesia (RRI), Mohammad Hatta
mengumumkan pemberlakuan uang rupiah. Teks pidato Bung Hatta adalah sebagai
berikut:
Besok
tanggal 30 Oktober 1946 adalah satu hari yang mengandung sejarah bagi tanah air
kita. Rakyat kita menghadap penghidupan baru.
Besok
mulai beredar Uang Republik Indonesia sebagai satu-satunya alat pembayaran yang
syah. Mulai pukul 12 tengah malam nanti, uang Jepang yang selama ini beredar
sebagai uang yang syah, tidak laku lagi. Beserta dengan uang Jepang ikut pula
tidak berlaku Uang De Javasche Bank.
Dengan
ini tutuplah masa dalam sejarah keuangan Republik Indonesia. Masa yang penuh
dengan penderitaan dan kesukaran bagi rakyat kita.
Sejak
mulai besok, kita akan berbelanja dengan uang kita sendiri, uang yang
dikeluarkan oleh Republik kita.
Uang
Republik keluar dengan membawa perubahan nasib rakyat, istimewa pegawai negeri,
yang sekian lama menderita karena inflasi uang Jepang rupiah republik yang
harganya di Jawa lima puluh kali harga rupiah Jepang. Di Sumatra seratus kali,
menimbulkan sekaligus tenaga pembeli kepada rakyat yang bergaji tetap yang
selama ini hidup daripada menjual pakaian dan perabot rumah, dan juga kepada
rakyat yang menghasilkan, yang penghargaan tukar penghasilannya jadi tambah
besar.
Apakah memang penderitaan
rakyat Indonesia hilang karena penggunaan rupiah seperti kata bung Hatta? EOWI
harus mengatakan “tidak”. Pembaca EOWI juga tahu. Banyak orang merasakan
kebalikan dari apa yang Hatta katakan, tetapi tidak tahu kenapa.
Semua cerita di atas itu adalah
sejarah, yang dijadikan latar belakang dari kisah perjalanan rupiah.
Rupiah Masa Kondratieff Spring (1950 – 1966) dan Commodity Bear Market
Tujuan pembahasan nilai rupiah
pada tulisan ini adalah untuk melihat nasib rupiah di masa Kondratieff spring 2020 – 2035(?) dengan melihat
periode Kondratieff spring dan summer di masa lalu. Oleh sebab itu EOWI
akan mengutip kejadian-kejadian, kondisi saat ini pada saat membahas Kondratieff spring 1950 – 1965 untuk membandingkan
keduanya.
Kondratieff spring dimulai sekitar 1944 – 1945,
setelah perang dunia II selesai. Serdadu-serdadu yang pulang kampung setelah
perang usai kemudian melaksanakan perkawinan tertunda dengan pujaan hatinya.
Kemudian mereka beranak-pinak, cepat sekali, melahirkan baby boom, gelombang kelahiran antara tahun 1945 – 1964. Generasi baby boomers ini nantinya yang menjadi
penentu arah ekonomi, budaya, pola konsumsi dan teknologi pada 4 dekade
berikutnya.
Disebut (Kondratieff) spring karena pada masa itu secara
siklus manusia memang bak awal dari suatu kehidupan yang baru bangun dari tidur.
Pada masa ini suku bunga masih rendah, harga bahan komoditi juga masih rendah
(akibat periode depressi di masa sebelumnya) dan tingkat hutang juga rendah.
Faktor-faktor ini menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan peningkatan
aktivitas ekonomi, perlahan-lahan money
velocity meningkat. Inflasi juga merangkak naik tetapi masih pada level
yang nyaman. Suku bunga juga mulai merangkak naik dari level terendahnya di
masa Kondratieff winter, tetapi masih
pada level yang nyaman. Akumulasi kapital baik berupa modal tabungan atau
alat-alat produksi juga beranjak naik. Tingkat pengangguran menurun.
Tetapi hal yang disebutkan di
atas terjadi di US dan Eropa. Di Indonesia sendiri, yang pada masa itu
(tahun 1950) baru merdeka. Sektor ekonomi andalannya yaitu komoditi masih dalam
masa secular bear market. Sehingga
kebangkitan di US dan Eropa tidak memberikan keuntungan apa-apa. Bahkan
terhadap rupiah kondisi seperti ini malah menjadi tekanan. Pertama modal akan
tersedot ke arah negara-negara industri dimana akumulasi kapital sedang
berlangsung. Kedua sumber pemasukan pendapatan, yaitu bahan komoditi, harganya
masih rendah. Untuk membiayai jalannya pemerintahan, NKRI yang belum mempunyai
sistem perpajakan yang baik, mencetak rupiah dengan gila-gilaan yang berlanjut
pada inflasi yang tinggi.
Pada awalnya banyak sumber
daya disalurkan untuk hal-hal yang positif seperti pembangunan perumahan dan
wilayah dengan penataan yang baik. Di Jakarta, seperti Kebayoran, dibangun
tahun 1949. Tebet, Grogol, adalah wilayah-wilayah yang dibangun penataannya di
masa awal-awal sampai pertengahan Kondrateff spring 1950 – 1965.
Adanya perang Korea, 1950 –
1953, membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia karena perang Korea membutuhkan
minyak dan karet Indonesia. Walaupun harga bahan komoditi masih tertekan,
setidaknya pemasukan devisa melalui volume penjualan yang meningkat. Hal ini
berlanjut terus sekalipun perang Korea telah usai.
Kalau tahun 2015 pengontrolan
kapital dilakukan pemerintah melalui pembatasan penjualan/pembelian mata uang
asing maksimium $100 ribu dan larangan transaksi selain dengan rupiah, pada
tahun 1950an pemerintah menerapkan pembatasan-pembatasan, atau pengontrolan
terhadap kapital berupa kurs ganda. Pada tahun-tahun sekitar 1950an, pemerintah
menerapkan sistem kurs ganda terhadap mata uang US dollar. Ketidak-bijaksanaan
ini dimulai seminggu setelah Gunting Sjafruddin diberlakukan. Pada
ketidak-bijaksanaan kurs ganda ini ada kurs resmi yaitu Rp 3,80 per US dollar
ada harga kurs effektif untuk eksportir yaitu Rp 7,60 dan ada harga kurs
effektif untuk importir yaitu Rp 11,40 per dollar.
Pada dasarnya bagi importir
yang memerlukan mata uang asing dan harus membeli dollar akan dikenakan kurs
effektif Rp 11,40 per US dollar. Bagi ekspotir yang memperoleh mata uang asing
dikenakan kurs effektif Rp 7,60 ketika menukarkannya dengan rupiah. Dari
perbedaan kurs effektif ini, pemerintah memperoleh keuntungan untuk menutup
defisit anggaran negara.
Tentu saja dalam prakteknya
tidak semudah itu. Dengan mekanisme seperti ini, eksportir bak dikenai pajak
ekspor sebesar 66,70%. Siapa sih yang suka dikenai pajak. Kalau ada celah,
kenapa tidak menghindar? Eksportir (juga berlaku bagi semua yang berpenghasilan
dollar) akan cenderung menghindari dari pada menjual dollarnya secara resmi.
Oleh sebab itu perlu peraturan pemaksan, harus ada instrumen pemaksa bagi
pelaku bisnis untuk tunduk dengan kemauan pemerintah. Aliran devisa dikontrol
ketat melalui BLLD (Biro Lalu Lintas Devisa). Penukaran resmi uang asing dapat
dilakukan di bank-bank devisa yang memperoleh ijin dari Lembaga Alat-Alat
Pembayaran Luar Negri (LAAPLN). Disinilah pasar resmi mata uang asing.
Apapun namanya, .....pajak,
cukai, kurs ganda, kalau sudah 66,70%, walaupun untuk pemerintah, banyak orang
tidak rela. Angka 66,70% itu lebih kejam dari beban Taman Paksa yang hanya 20%.
Memang bentuknya berupa pengotrolan devisa bukan seperti pajak, yang secara
terang-terangan ditarik ke wajib pajak. Pengontrolan dan pengkebirian mekanisme
pasar yang berlebihan seperti ini menyebabkan distorsi pasar yang besar. Orang
akan selalu mencari jalan keluar. Muncullah kurs saingan sehingga kurs dollar
ada dua, yaitu kurs resmi dan kurs Pasar Baru. Kurs resmi adalah kurs yang
didasari oleh paksaan (coercion) dan
kurs Pasar Baru (atau pasar gelap lainnya) adalah kurs yang adil yang muncul
dari pasar bebas. Pasar gelap tempat pertukaran mata uang asing berlangsung
terus sampai tahun 1967, dimana pengontrolan devisa melonggar.
Saya sebut kurs yang tidak
resmi ini sebagai kurs Pasar Baru karena kalau pada masa itu anda jalan-jalan
ke Pasar Baru Jakarta, sering ada orang mendekat dan berkata pelan-pelan:
“dollar pak...., dollar ibu”. Mereka mengajak bertransaksi dollar. Kadang pasar
uang di Pasar Baru di masa itu disebut pasar gelap. Kata pasar gelap ini
digunakan pemerintah pada hakekatnya untuk memberikan konotasi buruk. Padahal
sebenarnya adalah pasar bebas dan dilakukan di siang hari yang terang.
Ketidak-bijaksanaan kurs ganda
ternyata membuat kekacauan dan umurnya hanya kurang dari 2 tahun. Pada bulan
Januari 1952, diberlakukan satu (1) kurs resmi yaitu Rp 3,80 per US dollar.
Ternyata itupun hanya berlaku sekitar 1 bulan. Karena pada bulan Februari 1952,
rupiah didevaluasi menjadi Rp 11,40 per dollar. Nilai rupiah menguap 67% hanya
dengan sebuah peraturan. Beruntunglah orang-orang yang menyimpan asset
non-rupiah. Nilainya tidak tergerus oleh peraturan pemerintah.
Reaksi orang terhadap
pemaksaan (coercion) pajak (pajak yang
terang-terangan atau terselubung) bermacam-macam. Ada menentang secara
terang-terangan lewat kekerasan, ada yang hanya menghindar, membuat jalan
keluar yang baru. Biasanya kekerasan adalah jalan terakhir. Hal ini nampak pada
NKRI di masa akhir Kondratieff spring.
Politik kekerasan bermunculan seperti pembrotakan Permesta 1957, PRRI 1958,
yang sedikitnya dilatar-belakangi oleh ekonomi.
Merasa kekerasan yang sudah ada
masih kurang, Sukarno, yang menjadi presiden saat itu memberi sirkus sebagai
pengganti roti yang diminta rakyat. Lahirlah Ganyang Malaysia, Dwikora 1962 dan Bebaskan Irian Barat, Trikora 1961. Keduanya adalah sirkus yang
harus dibayar mahal, baik dengan nyawa dan materi. Dan keduanya itu bukan politik
kekerasan yang terakhir. Konflik terakhir terjadi, melainkan G30S, suatu konflik internal
angkatan darat yang kemudian terbawa ke wilayah sipil. Antara 500 ribu – 3 juta
jiwa melayang. Dan konflik terakhir ini membawa ibu pertiwi ke neraka hiper-inflasi
rupiah yang terbesar dari semua yang pernah meletus sebelumnya. Hiper-inflasi
ini terjadi di awal Kondratieff summer
1966 – 1967. Negara (rakyat dan pemerintah) sudah kehabisan dana akibat
pengeluaran yang besar dan pendapatannya pun mengalami terkanan commodity secular bear market. Commodity secular bear market yang
dimulai dari tahun 1950, membuat pendapatan merosot terus selama 17 tahun dan
ini bersama-sama prilaku tidak produktif menguras dana yang ada.
Itulah kisah perjalanan rupiah
selama periode Kondratieff spring 1950
– 1966 dan commodity secular bear market.
Mari kita ringkas saja agar supaya memudahkan pembahasan berikutnya nanti.
Secara ringkas, ada beberapa
poin penting pada masa Kondratieff spring
di Indonesia:
- Dengan murahnya harga bahan komoditi yang menjadi andalan Indonesia, membuat pemerintah mengalami kesulitan untuk membiayai jalannya roda pemerintahan.
- Selanjutnya pemerintah melakukan kontrol devisa (kontrol kapital) dan penyunatan tabungan rakyat sebagai pajak terselubung untuk membiayai pemerintahan.
- Inflasi rata-rata di atas 100% per tahun.
- Nilai dollar (dan emas dalam rupiah) meningkat.
- Perang dan pertikaian (PRRI/Permesta, kampanye Ganyang Malaysia dan Bebaskan Irian Barat, serta “pembrontakan” G30S) menjelang Kondratieff summer memperburuk fiskal, selanjutnya merambat ke ekonomi dan rupiah mengalami hiper-inflasi.
Sekian
dulu, akan bersambung secepatnya.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
49 comments:
Bung imam,
Saya pekerja Migas yang terkena phk..dengan job market yang sulit saat ini,terutama di sektor. Migas,keliatannya agak sulit untuk kembali bekerja.uang pesangon apa sebaiknya untuk pelunasan KPR rumah (dengan 100 persen pesangon) atau di belikan dengan dolar dengan harapan nilainya akan naik dan mencukupi untuk membayar cicilan KPR?mohon tips2nya bagi kami kami para pekerja Migas yang sudah terkena lay off saat ini,untuk survive di era bearish komoditas ini.
Salam,
Untu
saya barusan beli usd 5000 disurabaya, diminta KTPbuat dicatat. peraturan baru katanya.
Ketakutan saya bagaimana kalau sampai kepemilikan Dollar USD dilarang/diillegalkan seperti amerika dulu meng illegalkan kepemilikan emas.
kemana kita harus jual tuh dollar fisik?
Hi Pak IS,
Saya mempunyai pertanyaan yang mirip2 dengan bapak diatas.
Jadi saya seorang pekerja di jakarta. baru kerja 5 tahun dari sejak lulus kuliah. ada kepikiran untuk mempeli mubil or rumah.
jadi saya berpikir nya begini. akan lebih untung jika saya membeli rumah & Mobil dengan cara kredit dengan jangka waktu yang panjang daripada dibeli dengan Cash. jadi uang cash & monthly salary yang saya miliki sekarang lebih baik di simpen di USD. dan sebagian bayar kredit :D
Gak tahu itu pikiran waras apa bego? hihihi...
Please comment ya Pak IS :p
Oh iya tambahan. karena artikel kali ini pak IS akan masukan di bagian "Paska Krisis 2014 - 2020" mungkin bisa di bagikan juga kiat2 kira2 pekerjaan/bisnis apa yang agak tahan krisis diluar menumpuk USD :D (kira2 apa saja yang kita bisa siapkan diluar USD)
Saya beberapa hari yang lalu sempat berbincang dengan beberapa rekan dan dalam perbincangan itu saya menganjurkan utk menyimpan sedikit "simpanan uang" ke dalam usd karena terus naik tapi mereka lebih memilih emas karena menurut mereka kalaupun dunia resesi sekalipun emas adalah yang paling aman ( safe haven) dan menurut mereka dollar tidak akan sampai 20.000 untuk beberapa waktu ini.
Yang ingin saya tanyakan ke bung imam
1.jika index dow jones merosot tajam di beberapa bulan ke depan seperti yang di ramalkan, apakah masih aman memegang usd? Bukannya usd akan turun juga karena merosotnya dow jones?
2. asumsi mereka jika emas merosot dan rupiah merosot terhadap usd maka nilai emas akan tetap tinggi karena harga emas dunia dalam dollar, kecuali kalau rupiah menguat terhadap usd dan emas jatuh
contoh misalkan saja sekarang (harga ilustrasi)
1 gram emas = 50 usd dan 1 usd =13000 maka 1 gram emas jika di rupiahkan menjadi 650.000. Dan diKemudian hari emas anjlok misalkan 20% 1gram 40 usd dan rupiah juga anjlok 1 usd menjadi 17.000 maka harga emas menjadi 680.000 (malah jadi untung) dan yang paling mereka kuatirkan adalah ketika kekacauan terjadi karena resesi atau dow jones jatuh karena resesi,maka harga mata uang usd akan ikut turun dan orang akan kembali mengejar emas.
Mohon pencerahan dari bung imam dan mohon maaf jika ilustrasi di atas keliru karena kami orang awam yang ingin "belajar" dan semakin was was dengan langkah pemerintah khususnya mentri ekonomi terkait yang cenderung "santai" dan tidak melakukan antisipasi nyata menghadapi krisis. Terima kasih
@ bapak di atas
Beli emas nya tar aja. pas udah dibawah USD600/700 :D sekarnag masih USD1100 :D
Pak Is, saya masih penganut tulisan-tulisan bapak di tahun-tahun lampau bahwa Uang Kertas baik Dollar, Euro, Rupiah dan lain-lain akan kembali ke asal yakni sejenis dengan Toilet Paper alias Tidak Berharga.
Meski bapak telah berubah dan berselingkuh dengan Toilet Paper bernama Dollar, saya hanya mendoakan semoga bapak bisa sadar kembali sebelum Sistem Ekonomi yang penuh Dosa ini ambruk dan kertas2 itu akan bertebaran di pinggir jalan tersapu angin.
Saya tetap mengikuti saran bapak dulu, pegang Cash secukupnya dan alihkan yg lain ke aset riil jangan aset di awang2 seperti bit coin/bit komputer dan juga kertas toilet itu :-)
menurut saya bang imam ini realistis alias trader sejati. lain situasi lain juga strategi. dollar lagi mengguat.jadi pegang usd dulu nti klo sdh puncak baru kita short. masalahnya kapan puncaknya. malam ini yellen mau bicara. kita liat dolar mau kemana. apa september mau di naikin bunganya?
September, Yuan bakalan dijadikan currency reserve, nah pengaruhnya nilai dolar U$ bagaimana ? Akankah DXY melemah dulu ?
Yuan jadi reserve currency di September?? Bro baca di komik mana?
:)
http://www.jokowinomics.com/2015/07/13/opini/menanti-pengumuman-besar-bulan-oktober-2015-yang-akan-mengguncang-keuangan-dunia/
Ini , coba baca....dolar U$ bakalan jatuh
hahaha gmn pendapat imam semar tentang opini dari theo f tomion?
mau pegang yuan boleh mau pegang usd boleh yg bang is bilang gak boleh pegang rupiah wkwkwkw
omongan di theo njelimet, susah dipahami..
Gak ada perjelasan atau data waras nya. semuanya opini aja
Pak IS, teori anda tentang nasib negara berbasis komoditi ini selalu menarik. Sebagai kuli tambang migas, bagaimana nasib negara2 tujuan kuli seperti kami ini seperti Australia, Timur Tengah, Mongolia dan Afrika? Tolong dong diulas benchmarknya dengan Indonesia. Kalau anda bilang baby boomers harus siap-siap dengan uang pensiunnya. Maka tolong generasi-generasi dibawah baby boomers arah yang lebih baik ketimbang hanya menyimpan USD.
Tulisan anda mengingatkan buku kuliah Anne Booth - The Indonesian Economy in The Nineteenth and Twentieth Centuries a History of Missed Opportunities. Pembuat kebijakan di Indonesia emang hobi mengulangi sejarah. Sedih rasanya kalau melihat data sejarah yang memperlihatkan bahwa di masa penjajahan Hindia Belanda orang Indonesia itu ternyata lebih sejahtera. Setelah kemerdekaan, kita menyaksikan pajak hasil kerja keras kita dipakai pembuat kebijakan untuk "copy-paste" peraturan lama. Apakah ini produk sampingan sistem pendidikan dari sekolah sampai universitas yang sukses mengajarkan anak untuk mencontek?
Semoga kelak negara kita bisa menjadi negara dengan ekonomi berbasis pengetahuan atau setidaknya jasa. Keduanya membutuhkan manusia yang berpikir dan bukan menikmati hidup yang begitu-begitu tapi menginginkan hasil yang berbeda.
Us index dollar sudah 97.54 malam ini terus naik,gejala jelek untuk rupiah kah?
Dear Pak IS,
Saya setuju dengan yang dibilang Vitamin ekonomi diatas
"Maka tolong generasi-generasi dibawah baby boomers arah yang lebih baik ketimbang hanya menyimpan USD"
Klo ada kesempatan bisa dibahas soal ini. karena ketika saya melihat film dokumenter "great depression 1930" sangat mengerikan sampir semua orang jadi pengangguran.
Jadi saya jadi mikir. jika krisis yang akan datang lebih parah dari "great depression 1930" aggg.. gak kebayang
Jadi Petani kali ya pak?
Tanpa ada maksud mengejek, tapi saya kira Pak Theo T. bukan orang yg memberikan rasa aman ya utk diikuti nasehat spekulasinya.
Ini artikel fear-mongering sih.
Saya senang di antara pembaca EOWI terjadi diskusi. Saya harap hal ini bisa berlangsung terus.
EOWI sendiri punya opini yang berbeda. Analisanya akan kami angkat minggu-minggu depan. Intinya masuknya Yuan ke dalam SDR tidak (banyak) berpengaruh pada trend US$.
Mungkin pak T membaca sebagian tulisan2 Jim Rickard.
Saya juga membaca beberapa artikel oleh Jim Rickard mengenai SDR. Seingat saya, Jim berpendapat bahwa SDR akan menjadi pemicu inflasi. Dalam 2 bukunya terakhir (yang belum selesai saya baca), sebenarnya Jim ada di kubu deflation.
Bagi EOWI, antara deflasi dan inflasi adalah masalah waktu. Credit cycle. EOWI perkirakan, sampai 2030, tidak akan ada run away inflation USdollar. Antara 2020 - 2030 mungkin mild inflastion. Setelah itu baru terjadi inflasi yang serius.
Salam,
IS
Yang menarik......US$ sudah menari-nari disekitar Rp 13,500.
Mmmm...mmmmm...mmm.
Saya pikir sih pegang CNY atau U$ terhadap rupiah sama aja, toh dipegging cny ama U$, tapi ketika CNY dijadikan SDR sama IMF, kemungkinan CNY menguat terhadap U$.
Ada refrensi buku / artikel / blog / berita apa yang biasa dibaca om IS?
USD sampai pk 19.15, ada di kisaran 13.555, versi XE.com
USD sampai pk 19.15 hari ini, berkisar di 13.555 versi XE.com
Selama politik dan situasi dalam negri amerika masih aman terkendali selamat bermimpi aja Yuan menggantikan dollar belajarlah dari sejarah kekaisaran Romawi. Saat ini amerika masih diposisi puncaknya. Paling banter akan ada dollar digital yang mengadopsi tekhnologi semacam bitcoin.
terimakasih pak IS utk informasinya
terimakasih utk informasi bpk/ibu...
http://www.zerohedge.com/news/2015-08-04/chinese-stock-short-squeeze-stalls-after-imf-delays-decision-yuan-sdr-inclusion
penundaan yuan jadi SDR ke tahun 2016
saya IBU ERSIN posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai pembantu gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan uang orang tua dikampung,
sebenarnya saya sudah pengen pulang tapi gak punya ongkos,
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang KI SAKTI katanya ki sakti ini bisa membantu orang sukses
melalui jalan togel dan saya coba2 menghubungi KI SAKTI ini,
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri untuk meminta angka kepada KI SAKTI ,dan
angka yang di berikan 6D TOTO,saya pasang kali 100 lembar,dan ternyata tembus 100%,sungguh saya tidak pernah menyangka bisa menang togel ,
terima kasih banyak KI,kalau bukan berkat KI SAKTI mungkin saya tidak bisa sukses seperti sekarang,,
saya sangat bersyukur sekarang saya sudah sangat senang karna hidup saya sekarang jauh lebih layak dari sebelumnya,,TERIMAH KASIH banyak kepada KI SAKTI sampai mati saya tidak akan pernah lupa dengan kebaikan AKI,dan rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha di kampung halaman saya..
..BAGI ANDA PENGGEMAR TOGEL YANG INGIN MERASAKAN KEMENANGAN,
TERUTAMA YANG PUNYA UTANG BANYAK DAN BELUM LUNAS,,ANDA JANGAN PUTUS ASAH .
HUBUNGI KI SAKTI DI 082_338_188_733
TAK ADA SALAHNYA ANDA MENCOBA,DAN SAYA JAMIN KI SAKTI TIDAK AKAN MENGECEWAKAN..
Waduh ada Bu Ersin, he he he. Tolong dong diterawang grafik us$ ama idr sampe tahun 2025 ke Ki Yelen, eh Ki Sakti, oh ya sekalian ama CNH nya
Buat kaum muslimin tetaplah memegang emas dan perak karena dari jaman nabi nabi dahulu insya allah tdk brubah....
Janganlah memakan riba...bermain jual beli mata uang dg niat 'bukan' dalam perdagangan riil..msk golongan pemakan riba...naudzubillah minzalik..
Mudah mudahan umat RI tdk terombang ambing..keganasan sistem ribawi..fractional reserve..amiinn..ya Allah..
Bagi yang percaya bahwa Yuan akan menguat, ini ada berita sedih:
China devalues yuan by 2pc
http://www.themalaymailonline.com/money/article/china-devalues-yuan-by-2pc-after-poor-economic-data
China devalues yuan, semua mata uang regional langsug kena dampak, termasuk saham. IHSG paling parah. :o
Mantap...akibatnya maka harga emas naik..
Analisa apa saja, silahkan deh....mau buat kesimpulan yang berbagai macam, boleh2 saja.
Sekian banyak ulasan yang telah dibeberkan, sangat mengganjal jika bung IS menghujat / menumpahka semua permasalahan ini ke Bung Hata (alm).
Mohon sudilah minta ma'af ke keluarga beliau.
Kondisi rupiah kita dan juga keputusan menggunakan "rupiah" bukanlah keputusan perorangan...
Akankah bung IS akan menghujat Bung Karno karena telah "membaca" kan proklamasi kemerdekaan bangsa ini (karena bobroknya mental sebagian bangsa ini sekarang) atau kita terus2 mencoba mensucikan diri???
Wassalam...
Kesempatan untuk masuk ke CNH, dari rupiah nih, Bagaimana Mas IS ? Apa ini kesempatan ?
Alamaaaaak,
Usd sdh 13,800
Udah IDR 13.880 Mas IS bentar lagi IDR 14.000
Orang diatas yg nyuruh minta maaf abaikan aja mas IS. Kritik aja trus... biar semua orang sadar apa yang pernah dikatakan oleh nabi bahwa akhir Zaman akan ada kebohongan Besar
Teruslah menulis untuk Umat :D
om IS makin girang aja nich..hehehe
Dari dulu jaman nabi nabi uang itu adalah emas dan perak basisnya...ya pake uang fiat kertas bgini smpai kiamat. Juga akan trus terombang ambing spt buih di lautan...
Riba itu ada 73 jalan...bukan sekadar bunga ..aja....trmasuk fractional reserve yg dipraktekan sekrang!...
Aadanya siklus deflasi dan inflasi spt tsunami skrg ini karena..karena kebodohan kita mau aja ikut prjanjian brettonwood...smua mua pake dollar...makan gratis mrk cuma modal printing...naudzubilllah minzalik...
Jangan lupa artikelnya om is
Ada ledakan besar, ekivalen 21 ton TNT di Tian Jin Cina tadi malam.......,
Nasib Cina tidak baik sama sekali...
http://www.visualcapitalist.com/60-trillion-of-world-debt-in-one-visualization/
http://www.visualcapitalist.com/60-trillion-of-world-debt-in-one-visualization/
Setidaknya komoditas pangan tidak terus merangkak naik
Analisisnya diperpanjang lg Pak IS, klo stabilitas pangan ambrol jg, wassalam deh
30%-50% lagi
-------------------
****************
Well, former IMF economist Stephen Jen is suggesting that we could soon see major currencies all over the planet being devalued by up to 50 percent…
[The] devaluation of the yuan risks a new round of competitive easing that may send currencies from Brazil’s real to Indonesia’s rupiah tumbling by an average 30 percent to 50 percent in the next nine months, according to investor and former International Monetary Fund economist Stephen Jen.
Apa hubungannya ledakan di china sama ekonominya?
Gak ada hubungan nya bro
mungkin maksut mas is "udah jatoh tertimpa tangga"
Bung IS, kl bagi US sendiri apa ga gelisah kl melihat USD menguat sendirian? sementara dari analisa Bung IS sendiri dlm tulisan2 terdahulu, tingkat/kebiasaan konsumsi rakyat US cdrg menurun/berhemat, yg artinya cdrg berbalik menjadi negara produsen/eksportir lagi.. Pengusaha asli US spt Donald Trump dkk & Perbankan di US sendiri terlihat jd lebih "tidak nyaman" dgn devaluasi Yuan, selain tren Euro yg terus melemah.. Pegang longterm USD apa masih bijaksana?, Emas jg segitu2 sj, Properti jg melemah, Negara produsen minyak sama2 tidak mau mengerem keluaran "emas hitam"nya, krn ancaman defisit APBNnya lebih mengerikan (artinya tidak mau terlalu kencang mengikat pinggangnya, mgk spt analisa Bung IS, takut dikudeta rakyatnya yg telah dibiasakan sejahtera).
http://globalbola8.blogspot.com/
Post a Comment