Anakku punya jawaban nakal
untuk soal-soal ulangan yang dia tidak tahu. Dari pada membiarkan kosong, maka
muncul idenya untuk menjawab waulahu alam
(hanya Allah yang tahu). Jawaban nakal. Dalam cerita kali ini saya akan
menggunakan ekspressi waulahu alam,
untuk mengekspressikan.....emangnya gue
pikirin, atau ...nggak tahu ah moso
bodo amat. Kedengaran kerén banget.
Di tengah-tengah krisis hutang
Yunani, tiba-tiba di kalangan ekonom (pemerintah) dibanyak negara termasuk
Indonesia merebak ide untuk menghapuskan cash.
Dengan kata lain, membuat semua transaksi cash
illegal. Mengkriminalisasikan pemegang cash.
Patut diduga ini adalah response dari krisis yang sedang terjadi dan dalam
rangka untuk mempertahankan sistem fractional
reserve banking bisa terhindar dari kolaps.
Hal ini bukan lah hal yang
baru. Dalam bentuk yang lain larangan-larangan dan kriminilisasi seperti ini
ini juga dilakukan pada masa depresi 1930an (larangan memiliki emas sebagai
harta simpanan). Dalam bentuk yang lebih lunak (tetapi dampaknya tidak kalah
menyakitkan bagi penabung, pensiunan dan kelas menengah) dalam krisis keuangan
Argentina (1998–2002) dan krisis-krisis keuangan tempatan (lokal) lainnya.
Indonesia sendiri selangkah
demi selangkah telah mengarah kesana. Awalnya, adalah aturan bahwa pembelian US
dollar di atas US 100,000 per bulan harus disertai dengan dokumen underlaying transaksi (Peraturan Bank
Indonesia Nomor 16/16/Pbi/2014) yaitu kegiatan yang
mendasari pembelian penjualan
valuta asing terhadap Rupiah.
Kemudian larangan transaksi
dengan menggunakan mata uang lain, selain rupiah. Berikutnya entah apa lagi.
Bentuk pengkangan-pengekangan seperti ini bukan ciri krisis inflationary. Dimasa inflationary uang banyak dan orang
cenderung menyelamatkan nilai kekayaannya dengan menimbun asset riil.
Sekarang......, pemerintah RI berusaha mencegah penggunaan mata uang asing
(terutama US dollar), mencegah pembelian US dollar karena US dollar yang
ditimbun. Nilai US dollar meningkat. Apakah ini berarti US dollar sedang dalam
masa deflationary? Dan
pemerintah-pemerintah di dunia berusaha mencegahnya.
Sebelum kita menginjak pada
cerita pokoknya, saya mau mensitir kata-kata bijak dari kakek saya. “Uang itu seperti burung. Kalau sudah lepas
susah ditangkap. Dan burung yang lepas tidak bisa dijual kalau lagi perlu duit,
tidak bisa dipetéti (disuruh
bernyanyi) dan seperti bukan milik
sendiri.” Oleh sebab itu, ia suka cash
dan enggan memberi hutang kepada orang.
Juga pesan bagi pembaca yang
baru, tulisan ini menggunakan jargon-jargon yang mungkin asing bagi anda dan
tida dimengerti. Sekedar untuk mengingatkan, bahwa EOWI punya kamus essensialis.
Jika anda menemukan kata-kata yang tidak di mengerti artinya, anda bisa cari
makna essensialisnya di kamus EOWI ini. Misalnya:
Uang Illusi: saldo
yang tertulis di buku tabungan atau buku giro anda, diciptakan melalui jalur
kredit dan fractional reserve banking
(FBR).
Fractional Reserves Banking
(FRB): teknik membuat
uang illusi dengan jalan mengkreditkan uang secara berulang-ulang. Atau teknik
sulapan illusi yang bisa membuat Rp 10 milyar seakan menjadi Rp 100 milyar.
Kisah Tragedi Yunani
Judul dari bagian ini seperti
potongan syair lagu Panggung Sandiwara nya God Bless. Yunani mengalami tragedi.
Ini bukan nyanyian tetapi kejadian yang sedang berlangsung saat ini. Tragedi
dikarenakan banyak hutang dan mengalami kesulitan untuk membayar. Beginilah
kisahnya.....
Untuk sebab yang waulahu alam, kepercayaan terhadap
Yunani merosot. (Rakyat) Yunani dengan hutangnya yang jatuh tempo dan tidak
punya kemampuan untuk membayar, terlibat dalam tarik-menarik antara bayar atau
ngemplang. Sementara Jerman (dan Prancis) yang bank-banknya dan investornya menjadi
kreditur Yunani merasa senewen apakah harus memperpanjang kredit yang diberikannya
disertai dengan segala kondisi dan persyaratan yang mengekang prilaku Yunani
yang boros. Atau membiarkan piutangnya dikemplang. Suatu pilihan yang sulit.
Keraguan atau kebingungan
kreditur (waulahu alam) bisa dilihat
dengan telah berkali-kalinya kreditur Yunani memberikan kesempatan
terakhir. Tetapi yang menjadi kesempatan terakhir ternyata bukan terakhir.
Selalu masih ada kesempatan terakhir lainnya. Walaupun akhir yang
terbaik (tetapi tetap menyakitkan) adalah Yunani keluar dari euro.
Terlepas dari semua kesempatan
terakhir yang diberikan kreditur, tetapi.....rakyat Yunani sudah menentukan
keinginannya melalui referendum, yaitu NO
untuk berhemat dan mengencangkan ikat pinggang. Secara tidak langsung
artinya.....”ngeplang saja yuk, sakitnya dibagi rata antara debitur dan
kreditur”.
Apakah ngemplang hutang
artinya keluar dari zona euro, dan kembali ke drachma? Supaya bisa mencetak
duit. Waulahu alam.
Yunani sekarang ini kekurangan
duit. Mereka tidak bisa mencetak euro. Kapital (baca: duit) keluar dari Yunani.
Depositor menariki uangnya dari bank, karena takut kalau banknya kolaps.
Akibatnya bank-bank Yunani kekurangan cash.
Lumpuh.
Saya tidak tahu bagaimana
nasib bank yang terbesar di Yunani, Alpha Bank, saat ini. Pada hari jumat,
tanggal 26 Juni 2015 lalu, diumumkan bahwa bank-bank Yunani akan tutup di hari
senennya (29 Juni 2015). Apakah ditutup
untuk sementara, atau ditutup untuk jangka waktu yang tidak ditetapkan (kata
halus untuk selamanya). Saya berusaha mencari berita tentang dibukanya kembali
bank-bank di Yunani, tetapi yang saya peroleh....., bank masih tutup ketika
kalimat ini ditulis. Greek banks will not open on Monday and ATMlimits will be reduced
demikian salah satu judul berita dari banyak berita yang serupa yang saya
peroleh.
Bank tidak hanya tutup. ATM,
seandainya masih ada cash, nasabah
hanya bisa menarik sebesar €50 saja.
Tidak hanya itu......, pemilik
uang yang menyimpan uangnya di safe deposit box di bank-bank, tidak boleh dan
tidak bisa mengambil uangnya. Larangan tersebut adalah larangan dari deputi
menteri keuangan Yunani. Di samping itu, bank-bank juga tutup. Orang tidak akan
bisa membuka dan mengambil apa-apa yang disimpannya disitu!! Lihat berita ini Greekscannot tap cash in safe deposit boxes under capital controls
Wow....sungguh malang nasibmu
rakyat Yunani. Sekalipun punya duit di tabungan. Yang sejak awal sudah
berjaga-jaga dengan mengambili uangnya dan disimpan di safe deposit box,
ternyata disandra oleh pemerintah. Alangkah malangnya nasibmu, rakyat Yunani.
Yang aman adalah yang punya duit di bawah bantal!!
Kemalangan tidak berhenti
sampai disitu...., maksudnya di kalangan rakyat saja. Di kalangan bisnispun terhambat.
Barang-barang import tidak bisa dibeli karena bank-bank tidak mau/bisa
melakukan transaksi dengan bank-bank di luar Yunani. Entah karena kepercayaan
bank di luar turun terhadap bank-bank Yunani......., wauLah hualam.
Contohnya, koran di Yunani
mengalami kesulitan memperoleh kertas dari pemasoknya di luar negri. Kata Business
Insider: Greece can’t pay for paper anymore
Naiknya Sang Raja
Ada hal yang bisa diambil
hikmahnya dari kasus Yunani, bagi orang yang mau belajar dari pengalaman orang
lain. Belajar dari pengalaman orang lain banyak enaknya dari pada belajar dari
pengalaman sendiri. Biarlah orang lain yang menderita, agar kita bisa mengambil
hikmahnya.
Dari kasus Yunani, dan
kasus-kasus lainnya, suatu hal yang pokok yang harus diwaspadai pada masa
krisis liquiditas/keuangan bahwa apapun sumber pemicu krisis, yang pasti uang
di bank tidak akan pernah cukup untuk membayar semua nasabahnya. Itu kenyataan.
Semua penyebab itu berpangkal pada praktek Fractional
Reserves Banking (FRB) yang dilakukan bank sehingga praktek itu menelorkan
uang-uang illusi. Catatan saldo di buku tabungan anda atau di buku giro anda
adalah uang illusi. Disebut illusi karena...., itu cuma catatan saja yang
membuat anda merasa mempunyainya. Tetapi, belum tentu anda bisa menggunakannya,
terutama dimasa krisis. Seperti burung yang yang tidak ditangan yang
digambarkan oleh kakek saya. Tidak bisa disembelih untuk dimakan, tidak bisa
dijual, tidak bisa........banyak lagi, karena harus ditangkap dulu. Dan
menangkapnya adalah sulit.
Jumlah uang illusi
berlipat-lipat kali lebih banyak dari pada cash.
Sehingga jika semua nasabah mau mengambil uang miliknya sebagai cash, maka semua cash yang ada di bank tidak pernah mencukupi uang illusi yang
dimiliki nasabah bank. Jumlah saldo yang tercatat di buku tabungan dan giro
nasabah, jauuuuuuuh lebih banyak dari
pada cash yang ada di bank (lihat
banyaknya uuuuu untuk mengekspresikan
betapa jauhnya). Sehingga bisa dipastikan akan ada yang tidak kebagian.
Pada masa normal, nasabah
biasanya tidak perduli terhadap resiko akan kehilangan uangnya. Karena mereka
punya kepercayaan kepada bank. Resiko untuk menempatkan uang di bank dan
memperoleh imbalan bunga masih sepadan dengan hilangnya tabungan. Sehingga
selisih yang lebar antara cash dan
saldo total nasabah tidak dipersoalkan.
Persoalannya menjadi lain pada
masa krisis liquiditas, krisis keuangan, kepercayaan pada bank menurun.
Orang-orang mulai takut kehilangan uangnya dan menariki uangnya dari bank.
Jurang selisih antara uang cash dan
uang illusi (catatan saldo nasabah di bank) semakin nyata dan bisa dilihat. Dan
semakin cepat orang menariki uangnya dari tabungannya di bank, membuat keadaan
semakin parah.
Kalau orang meragukan integrity, kekuatan suatu jembatan
panjang sekali, apakah anda pikir orang akan memakainya? Mungkin lebih memilih
menyeberang dengan menggunakan ferri. Kalau kondisi bank meragukan, apakah
orang akan melakukan transaksi dengan menggunakan kredit atau apapun yang
melewati bank (debit card)? Segala
sesuatu yang menlewati bank akan mempunyai resiko tidak bisa diambil. Bayangkan,
seorang pengecer yang menerima pembelian dengan uang illusi (dengan kartu
kredit dan kartu debit). Semua modalnya terparkir macet di bank dan tidak bisa
diambil. Dengan adanya pembatasan mengambil uang sebesar € 60, bagaimana
caranya penjual yang akan kulakan
yang nilainya puluhan kali € 60. Bisnisnya akan macet. Jadi transaksi cash akan mendominasi kehidupan. Dimasa
krisis keuangan, apakah itu untuk konsumen atau pelaku bisnis cash is the king. Itu yang bisa
dijadikan pelajaran. Jangan lupa. Dan kalau ditanya guru, jangan menjawab waulahu alam.
Ternyata hal ini terjadi juga
selama krisis moneter 1998 di Indonesia. (Catatan: selama krismon 1997 – 1998
saya tidak ada di Indonesia. Saya tinggal di Scotland, UK sampai tahun 2000).
Teman saya bercerita bahwa di masa itu bank-bank di-rushed, orang-orang menariki uangnya dari bank. Bank-bank harus
menaikkan suku bunganya sampai 50% - 60% untuk menarik nasabah agar memasukkan
uangnya kembali ke bank. Cash is the King.
Posisi Pemerintah
Suatu hal yang harus diingat
bahwa secara umum pemerintah tidak akan pernah berada di pihak anda, di pihak
rakyat. Mereka berada di pihak bank dan para pemilik modal serta di pihak
pemerintah itu sendiri. Kalau pemerintah melakukan tindakan penyelamatan,
artinya adalah sosialisasi hutang. Hutang yang dimiliki pemerintah, pengusaha
disebarkan ke masyarakat. Itu kata kerénnya untuk : dibebankan ke pembayar
pajak, ke rakyat. Sebagai contoh adalah usaha BLBI (Bantuan Liquiditas Bank
Indonesia) ketika krismon 1998. Bagi mereka yang hidup dimasa itu tahu bahwa
tiba-tiba nilai rupiah anjok dari Rp 2,500 per US dollar menjadi Rp 15,000
sebelum stabil dikisaran Rp 8,000 – Rp 9,000. Untuk menyelamatkan bank-bank
yang beku, penabung dikorbankan. Untuk beberapa orang, nilai riil tabungan
susut 80%, walaupun secara nomimal masih sama. Ada juga yang uangnya amblas sama sekali, bersama jatuh
pailitnya bank tempatnya menabung. Kasihan......
Kill The King
Raja tidak akan menyukai jika
ada raja lain naik tahta di negaranya. Maka raja baru harus dibunuh!! Jangan
heran disetiap krisis keuangan, selalu ada larangan-larangan untuk menyimpan cash atau cash equivalent. Bahkan di negara demokratis dan free market ,
tangan presidennya pun gatal dan risih terhadap cash. Presiden Roosevelt tahun dimasa the great depression,
mengeluarkan larangan kepemilikan emas melalui Executive Order 6102, April 5, 1933, dan baru dicabut kembali tahun
1964. Selama berlakunya larangan ini, bagi pelanggarnya didenda $ 10,000
dan/atau penjara 5 – 10 tahun.
Ide untuk menghapuskan cash muncul kembali. Semua transaksi
akan diharuskan secara elektronik. Ini berarti menguasaan tabungan kita
(rakyat) tidak ada di tangan pemiliknya yang berhak lagi, melainkan di tangan
bank.
Inilah cara membunuh the King.
Catatan Akhir
Apa yang akan terjadi dengan
Yunani adalah waulahu alam. Tetapi
menurut perkiraan EOWI, Yunani akan keluar atau didepak keluar. Sebagian besar
rakyat Jerman merasa persyaratan-persyaratan yang menekan Yunani adalah wajar.
Sebagian rakyat Yunani merasa lebih baik ngemplang
hutangnya. Tinggal para politikusnya.
Kalau skenario Yunani
mengemplang hutangnya (sebagian atau semua) berikut ini adalah korbannya dan
seberapa besar kerugiannya.
Jerman pegang piutang Yunani 92
milyar euro (3.2% GDP Jerman), Prancis 70.3 milyar euro (3.2% GDP), Itali 61.5 milyar
euro (3.8%), Spanyol 42.3 milyar euro (4% GDP). Itu pukulan bagi pemerintahan
negara-negara tersebut.
Tidak hanya itu, jika Yunani
kembali ke drachma, maka nilai drachma mungkin hanya 20% – 50% dari nilai euro.
Penabung terpukul. Barang-barang impor naik dan membuat konsumen terpukul. Jerman
yang mengekspor barang-barang ke Yunani akan terpukul, barangnya mendadak
menjadi mahal. Russia yang mengekspor gas ke Yunani juga akan terpukul......., €
60 – € 70 milyar impor Yunani akan susut.
Walaupun sudah mengemplang
hutang, rakyat Yunani masih harus mengencangkan ikat pinggang. Pemerintah
Yunani harus mengejar pajak dan berdisplin terhadap fiskalnya. Eropa akan
merasakannya.
Dan......., jika Itali dan Spanyol
melihat Yunani bisa menghidar dari kewajiban membayar hutang, apakah mereka
tidak berpikir.......”kenapa saya tidak
mencobanya juga?” . Kalau begitu kejadiannya......krisis akan melebar.
.......waulahu alam.
Sekian dulu. Ingat-ingat:
dimasa krisis cash is the king. Dan
kalau ditanya bu guru, jangan menjawab dengan ekspresi waulahu alam.
Ada satu pertanyaan lagi: apakah krisis semacam ini bersifat deflasi atau inflasi......, jawabanya waulahu alam.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
10 comments:
Hahaha..cukup menghibur..
Baru aja ambil USD 10,000 di BCA tadi sore. mau nitip bawah kasur ke emak di kampung :D
mencerahkan:)
So the judgement day is near
Dear EOWI, kapan tepatnya bubble properti di Indonesia akan crash?
Bagaimana dengan aksi jokowi yang akan mengundang WNA untuk ikut memiliki aset properti di Indonesia?
Thx
Kapan bubble property Indonesia pecah?
Sekarang sudah slowdown. Kalau mau jual, tidak liquid lagi.
Harga property dalam rupiah mungkin tidak turun. Tetapi dalam US$ akan turun.
Waulahu alam.......
Dear EOWI
selain USD apakah pounds juga bisa dijadikan cash yang 'aman' karena begitu dolar us terbang terhadap rupiah maka pounds juga akan bergerak naik? Belum lagi money changer di indo yang sedikit 'tricky' untuk jual beli usd soal perlakuan no seri lah, kepala besar lah hehe mohon pencerahannya bung, terima kasih
Dear anony,
Intinya pada saat krisis,
1. Orang/investor lari ke safe heaven. Yang masuk dalam kategori ini adalah frank swiss, usd, bisa juga sing dollar (terbatas).
2. Orang akan keluar dari margin debt yg biasanya USD.
Jadi kalau mau diversifikasi, bisa ke mata uang yg dianggap safe heaven.
Ada baiknya anda mendiskusikan dgn investment advisor anda. Mungkin bisa membantu.
Salam
Apa yang disampaikan atau hasil analisa yang IS dalam blog ini sebenarnya ada benarnya walaupun secara pasti apa yang akan terjadi kita tidak bisa tebak dengan tepat, paling tidak Beliau dengan informasi yang diberikan berdasarkan data-data pendukung (speak by data), sehingga dapat membantu banyak orang untuk memahami apa sebenarnya yang terjadi pada gejolak ekonomi yang (pasti) terjadi dalam waktu dekat ini.
Prophecy (nubuatan) dalam Alkitab (Kitab tertua yang dianut oleh Kepercayaan Yahudi) dan juga dipakai oleh umat Nasrani dan juga pada kitab Perjanjian Baru.
Kitab Perjanjian baru artinya bahwa Yehoshua (Yesus Kristus) sendiri memberitakan kabar baik kepada umat-Nya di masa itu dan masih berlaku di masa-masa sekarang dan masa yang akan datang.
Untuk memahami makna tertulis di dalam Alkitab yang adalah Firman Tuhan itu sendiri, telah berkata bahwa dunia yang kita tinggali sekarang adalah kemah atau rumah sementara, dan Tuhan telah menyediakan tempat yang kekal yaitu Kerajaan Surga bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Dan Tuhan sudah mengingatkan supaya jangan menyimpan harta mu di bumi karena di bumi banyak pencuri (pencuri berarti: penipu-penipu dan investor pembohong dan juga pemerintah sebagai pengambil "ketidak-bijaksanaan" yang mengakibatkan harga orang hilang) dan karat (karat: nilai uang tergerus, property tidak liquid, mata uang jatuh, bahkan dalam hal yang paling ekstrem akan terjadi pemotongan nilai simpanan/ tabungan) yang akan merusakan harta atau tabungan.
Kumpulkanlah harta mu (harta: nilai kebaikan, kasih kepada sesama, memberikan pertolongan, kejujuran dan kerendahan hati, dll) di surga, karena di surga tidak ada pencuri dan karat yang akan merusaknya.
Tuhan juga telah berfirman: "Apa yang kamu ikat di bumi, akan terikat di Surga, apa yang kamu lepaskan di bumi akan terlepas di surga".
Tuhan adalah kasih dan maha Kuasa dan Maha Segalanya. Namun demikian, semua orang diberikan kehendak bebas (Free-will) percaya atau tidak percaya.
Nah, orang akan bertanya apa hubungan dengan kondisi gejolak ekonomi dengan Firman Tuhan di dalam Alkitab.
Perhatikan baik-baik:
Saat ini adalah generasi umat manusia yang akan menyaksikan kesudahan dunia atau yang sering disebut Akhir Zaman.
Pada akhir zaman, dunia akan digonjangkan baik itu ekonomi, bencana alam, terjadi peperangan dan orang jahat akan semakin jahat, orang baik akan semakin baik dan makin dikuduskan.
Itu sebabnya tidak ada yang bisa memprediksi akan seperti apa yang terjadi nanti (ini belum pernah terjadi dalam sejarah dunia dan tidak akan pernah terjadi lagi.
Sesudah Akhir Zaman, maka Kerajaan Tuhan akan terjadi pada dunia ini selama 1000 tahun.
Saya menghargai apa yang disampaikan oleh IS (saya yakin Beliau jujur dan menyampaikan apa yang dia tahu dan apa yang dia pelajari).
Namun ada satu hal yang IS tidak mengerti dan tidak Beliau sadari bahawa itu semua sudah di nuabuatkan dalam Alkitab.
Kenapa mengacu pada Alkitab?
Karena dari sanalah Firman Tuhan tetap dan kekal selama-lamanya.
BIARPUN BUMI DAN LANGIT BERLALU, FIRMAN TUHAN TIDAK AKAN BERUBAH DULU, SEKRANG DAN SAMPAI SELAMA-LAMANYA.
-------------------
Bagaimana mensiasati atau langkah-langkah apa yang kita lakukan untuk menghadapi GEJOLAK EKONOMI yang pasti terjadi dalam waktu dekat ini?
Pesan saya (sesuai dengan landasan Firman Tuhan):
BERTOBAT DAN BERSERAH DAN HIDUP KUDUS KEPADA TUHAN KITA AGAR ANDA DAN SAYA TERCATAT DALAM KERAJAAN-NYA, SEHINGGA JIKAPUN ITU HARUS TERJADI ANDA DAN SAYA SUDAH TERANGKAT (DISELAMATKAN) DALAM KEPERCAYAAN UMAT KRISTEN ADALAH RAPTURE.
Tuhan Yesus Memberkati.
Hmm..enak dan ringan bacanya, walaupun bahasan sebenarnya sungguh masalah besar yang akan dihadapi. Perlahan tapi pasti cash nantinya semakin langka dan menghilang. Dan semakin runyambila saldo tabungan pribadi dikuasaioleh bank. Ngeri bung Imam..
Salam kenal,
Elang Putih
Post a Comment