Beberapa hari lalu saya sempat
membaca berita di sebuah situs mengenai komentar wakil ketua DPR yang sempat
dipojokkan publik karena kelakuannya yang berkaitan dengan kandidat presiden US
Donald Trump, selfie bersama Donald.
Komentarnya kali ini mengenai
rupiah:
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, mengingatkan
pemerintah untuk berupaya kembali menguatkan nilai rupiah.
Karena menurutnya, rupiah semakin melemah akan
berdampak besar bagi negeri ini.
"Jika (rupiah) bisa tembus 15.000 bisa-bisa
rakyat minta reformasi jilid II. Itu (jika Rp 15.000 per dolar AS) berarti
perusahaan akan banyak PHK, buruh jadi berhenti, itu harus ditangani
serius," kata Fadli di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/9/2015).
Fadli membandingkan saat terjadinya reformasi pada
1998 lalu dimana rupiah menyentuh angka 13.000 per dollar AS. Saat ini rupiah
telah menyentuh angka 14.450 per dollar AS dan harus diwaspadai.
"Waktu huru-hara Mei (1998) itu dilevel Rp
13.000 dan itu sudah terlalu jauh. Kalau tidak diantisipasi ya saya
khawatir," tuturnya.
Masih kata Fadli, DPR sudah melayangkan undangan
kepada Menteri Keuangan dan Gubernur BI untuk memperbincangkan persoalan-persoalan
ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Menurutnya, perlu iklim investasi yang kondusif
untuk memperbaiki ekonomi Indonesia.
"Koordinasi belum terjadi dan justru
pemerintah berdebat di depan publik. Sekarang butuh leadership yang bukan lagi
blusukan dan pencitraan," tandasnya.
Pembaca coba bertanya: Kalau US dollar ke Rp 15,000…, akan ada
reformasi jilid dua…nggak ya?
EOWI menjawab:"Nggak tahu yaaah....."
EOWI menjawab:"Nggak tahu yaaah....."
Kalau dua bulan lagi US dollar
betul-betul bertengger di Rp 15,000, dan tidak ada huru-hara reformasi jilid
II, apakah anda mau kirim email ke Fadli mengatakan: “Hei Fadli, dollar sudah
di Rp 15,000, kok tidak ada huru-hara reformasi jilid II? Nggak dapat wangsit ya?
Kita tinggalkan Fadli dulu.
Pada hari yang sama, saya
makan siang bersama beberapa teman yang kawakan di bidang investasi, perbankan
dan ekonomi, yaitu Erry Firmansyah, mantan direktur BEJ; Marita, country risk manager Citibank; Manche,
mantan direktur Welltekindo (penyedia jasa slickline terbesar di Indonesia,
yang akhirnya dikuisisi Schlumberger) dan beberapa lagi. Ngobrolnya berkisar mengenai kondisi ekonomi saat ini.
Kami sering kumpul-kumpul
untuk hura-hura, ngobrol ngalor-ngidul.
Pada waktu kumpul-kumpul sebelumnya, saya sedang membuat laman Gejolak 2014 –
2020. Waktu itu saya sempat mengatakan bahwa akan ada krisis dan dollar akan ke
Rp 17,000. Tanggapann mereka tidak terlalu antusias. Pada waktu itu, dari semua
teman-teman saya itu, sayalah adalah yang paling pesimis dibandingkan dengan
yang lain. Sekarang, keadaan berbalik. Merekalah yang lebih pesimis dari saya.
Beberapa opini mereka adalah, US dollar akan mencapai level Rp 15,000 di akhir
bulan September ini. Untuk pendapat ini saya tidak bisa mengomentari.
Kemudian, jika US dollar
mencapai Rp 17,000, seperti target minimal saya, maka akan terjadi huru-hara.
Disela-sela obrolan kami, Erry menunjukkan Galaxy Tabnya yang berisi komentar Ferry
Latuhihin, seorang ekonom/investor temannya. Isinya mengatakan bahwa tahun 2016,
Indonesia akan resesi. Komentar ini seakan ingin menguatkan kesimpulannya akan
adanya huru-hara.
Menurut pendapat EOWI, resesi
dan dollar mencapai Rp 17,000 akan terjadi, dan kemungkinannya tahun 2016 depan.
Tetapi tanpa huru-hara. Huru-hara baru akan terjadi di tahun 2025 – 2030 pada
saat kemampuan di bidang ekonomi/finansial Indonesia berada pada titik
terendahnya. Tabungan atau kekayaan yang diperoleh selama 10 commodity secular bull market, plus
beberapa tahun setelah itu (2000 – 2012), akan susut dan pada saat itu banyak
orang miskin, menganggur, maka huru-hara mudah terjadi.
Ada beberapa informasi yang
bisa EOWI tarik dari percakapan itu. Pertama, suatu hal yang dikritik oleh
Erry, bahwa ada kesan bahwa BI a.k.a. Agus Martowardoyo yang notabene adalah
teman kuliah Erry, tumpul, karena tidak mau melakukan intervensi untuk menahan
pelemahan rupiah. Agus Martowardoyo lebih memilih mempertahankan cadangan
devisa dari pada mempertahankan rupiah.
Catatan: cadangan devisa
Indonesia tetap di sekitar $ 110 milyar selama terjadinya pernurunan nilai
tukar rupiah dalam kurun waktu beberapa tahun ini. Mungkin dugaan Erry ada
benarnya.
EOWI pikir, BI sedang
menghadapi musuh dengan kekuatan yang tidak seimbang. Berhadapan dengan hot money yang ada di pasar saham dan
bond, yang di awal tahun besarnya US$ 360 milyar, kekuatan cadangan devisa BI
hanya US$ 110 milyar. Kemudian transaksi harian di pasar uang mencapai US$ 2 sampai US$5
milyar. Cadangan BI tidak kuat menghadapi medan pertempuran seperti ini. Belum lagi debitur-debitur dollar yang nervous melihat hutangnya membengkak. Belum lagi spekulan-spekulan kecil seperti Imam Semar, Sharifa Dinara Beardon, yang ikut meramaikan pasar.
Dengan perimbangan kekuatan
semacam ini jelas BI akan kalah dengan cepat jika peperangan dilakukan tanpa
strategi. Tidak hanya itu, peperangan ini akan lama sekali. Dalam kurun waktu
10 – 15 tahun mendatang, Indonesia tidak akan memperoleh penghasilan devisa
seperti 10 – 15 tahun sebelumnya.
Sebagai negara yang
perekonomiannya bergantung pada harga komoditi. Sedangkan commodity secular bull market sudah digantikan oleh commodity secular bear market untuk
kurun waktu 10 – 20 tahun mendatang. Seandainya ada devisa yang masuk selain
dari sektor komoditi, maka dana itu datangnya sebagian (besar) dari hutang dan
selebihnya dari investasi asing. Singkat kata, selama 10 – 15 tahun ke depan, cadangan
devisa akan mengering atau setidaknya rentan terhadap goncangan-goncangan
moneter.
Jadi bagaimana cara menghadapi
hot money yang sedang keluar dari
Indonesia ini? Ini adalah perang yang lama dan dengan musuh yang tidak
seimbang. Sejarah menunjukkan di akhir 2 commodity
secular bear market, rupiah terpuruk parah. Yaitu menjelang tahun 1970
(1965 – 1968) dan menjelang tahun 2000 (1997 – 2000).
Melihat hal ini, yang harus
dijadikan tujuan oleh BI adalah menang dalam perang yang notabene akan terjadi
selama 15 tahun, bukan menang dalam pertempuran-pertempuran awal, tetapi harus
menelan kekalahan di akhir episode perang.
Akan saya coba jelaskan maksud
saya ini.
Dengan mempertahankan rupiah
habis-habisan dengan semua cadangan devisa melawan hot money, artinya memberi kesempatan bagi hot money keluar dari Indonesia dengan keuntungan yang lumayan.
Pemilik hot money bisa
mengkonversikan rupiahnya ke dollar di saat rupiah “kuat” dan dipertahankan
(dollar masih murah) BI ketika hot money
keluar pasar. Mempertahankan rupiah saat ini berarti memberi keuntungan bagi
dana asing. Kalau strategi ini dilakukan, cadangan devisa BI akan habis sebelum
semua hot money keluar. Dengan
besarnya transaksi valuta asing sebesar US$ 2 - 5 milyar per hari, devisa akan
cepat terkuras. Mungkin hanya bisa bertahan 1 tahun saja. Selanjutnya anjloknya
rupiah tidak bisa dikendalikan lagi. Kepercayaan terhadap rupiah akan hilang
dan akan memicu hiperinflasi.
Alternatif lain (ke dua), BI
tidak melakukan intervensi di awal ronde dan membiarkan pasar melakukan
fungsinya. Yang pasti, hot money akan
menggoreng rupiah (baca: mempertahankan rupiah) agar ketika mereka keluar,
mereka tidak terlalu rugi. Mereka akan keluar dengan teratur. Tentu saja, kata
teratur bukanlah suatu hal yang gampang dilakukan. Trader-trader lokal akan
mengganggu, bak gerilyawan al Qaeda yang mengganggu tentara US di Afganistan
dan Irak sampai babak belur. Hot money
akan bertempur melawan trader-trader lokal seperti Imam Semar and his gang yang
mencari keuntungan dari kesulitan hot
money.
BI baru mulai terjun dan
intervensi pada saat kekuatan hot money
tinggal 5% -10% dari yang sekarang. BI akan dengan mudah mempermainkan rupiah
ke arah yang diinginkannya. Mau dibikin Rp 9,000 per US dollar pun mungkin
tidak sulit.
Kedua alternatif di atas tidak
enak. Tetapi yang terbaik untuk BI adalah alternatif yang ke dua. Jika BI
mengambil strategi ini, yang akan menjadi korban collaterals nya dalam waktu dekat ini adalah bisnis yg punya hutang
dollar. Bukan tidak mungkin US dollar melambung ke Rp 25,000 atau Rp 40,000 -
bergantung model yang anda gunakan. Model bursting
bubble bisa membawa US dollar ke Rp 40 ribu. Jika level ini tercapai,
korban akan berjatuhan.
Konglomerat Salim nampaknya
punya hutang dengan mata uang asing sebesar US$ 3,8 milyar, Indofood US$534,5
juta. Walaupun besarannya hanya 1 hari perdagangan valuta asing Indonesia,
tetapi jumlah ini akan memukul. Jumlah hutang konglomerat Salim ini tidak
terlalu banyak dibandingkan dengan Garuda yang konon beberapa waktu lalu memerlukan
suntikan dana sebesar US$ 9 milyar (entah terpenuhi atau tidak). Tentu saja Chairul Tanjung si anak singkong
yang membeli banyak (hampir 11%) saham Garuda, mungkin harus makan singkong,
akibat leverage ekspansi bisnisnya
yang bukan saja ke Garuda. Mungkin...mungkin...Siapa tahu. Tetapi biasanya
orang-orang kaya akan selamat ketika krisis terjadi. Mereka termasuk too big to fail. Pemerintah akan
menolong mereka, seperti kejadian krismon 1998 lalu.
EOWI bisa mengoceh mengenai
konglomerat-konglomerat Indonesia yang bakal terpukul karena tidak punya data
yang lengkap, dan juga pokok diskusi sekarang ini tidak untuk membahas dan
menggosip tentang konglomerat kaya Indonesia. Jadi kita kembali ke pokok
pembahasan.
Membiarkan rupiah melemah
(tidak dipertahankan), pemerintah bisa berdalih, berargumen untuk tujuan konsumsi publik bahwa dengan melemahnya
rupiah akan meningkatkan kemampuan ekspor dan menguntungkan
perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor. Ungkapan-ungkapan atau
mantra-mantra itu bisa dipakai untuk konsumsi publik.
Tentu saja, kami di EOWI akan
mentertawakan slogan-slogan untuk konsumsi publik ini. Sebab, kalau diteliti lebih lanjut, disamping meningkatkan
daya ekspor, pelemahan rupiah akan mematikan perusahaan-perusahaan yang banyak berhutang
dollar, selanjutnya meningkatkan pengangguran akibat banyak perusahaan yang
tercekik hutang dollar kemudian memPHK karyawannya, mengikis daya beli
lokal......, dan masih banyak lagi yang belum terlintas di kepala saya. Koreksi
harus ada...., bisnis yang dipimpin oleh orang-orang yang tidak mampu berbisnis
akan lenyap dan digantikan oleh perusahaan-perusahaan punya strategi yang baik,
yang lebih inovatif, mengelolaan finansialnya baik dan bisa menjaga tingkat
pedapatannya selama krisis. Pohon tua dan lapuk harus ditumbangkan untuk
memberi ruang bagi tunas-tunas baru. Dan pergeseran-pergeseran seperti ini
punya dampak yang menyakitkan. Tetapi yang tahu detail seperti ini tidak lah
banyak. Selama mantra ini:
melemahnya rupiah akan meningkatkan daya saing
ekspor dan menguntungkan perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor.
terus didengungkan, maka orang
akan percaya dan punya harapan, serta popularitas pemerintah mungkin
akan tetap terjamin. Saya katakan "mungkin" karena....., bagi orang yang
kena PHK dan putus asa, omongan pemerintah tidak akan didengar. Bagi mereka,
bisa memperoleh pekerjaan kembali adalah tolok ukur popularitas
pemerintah.
Jadi........, apakah tahun
2016 akan terjadi resesi? Seperti kata Ferry Latuhihin, atau US dollar akan Rp
15,000 di akhir bulan September 2015 ini? Seperti kata Manche dan Erry teman
saya, atau apakah akan terjadi huru-hara kalau US dollar sampai ke Rp 15,000
atau Rp 17,000? Seperti kata Fadli Zon dan banyak orang, atau apakah Garuda akan bangkrut
seperti Merpati karena kena beban hutang dollar....., atau.....,
atau.....banyak atau.
Di EOWI, tidak ada yang
perduli hal-hal di atas. The Fed tidak menaikkan suku bunganya bulan September 2015
ini, toh tidak membuat rupiah menguat. Padahal banyak analis yang mengatakan
bahwa penguatan dollar adalah akibat adanya antisipasi the Fed akan menaikkan
suku bunganya. Tentunya kalau the Fed tidak jadi menaikkan suku bunganya maka
sepatutnya dollar akan melemah. Dan yang terjadi malah sebaliknnya: dollar
menguat, bahkan menembus Rp 14,500. EOWI tidak perduli apa yang the Fed, BI,
OJK, dan lain-lain mau perbuat. Rupiah akan melemah terus. Itu yang penting. Dan sebabnya sudah dijelaskan EOWI berkali-kali: Dollar pulang kandang.
Kami di EOWI tidak perduli
kalau krisis terjadi........, karena kami sudah siap. EOWI tidak perduli BI membatasi pembelian US dollar, karena kami sudah siap. Kami hanya kasihan pada
orang-orang yang kena PHK seperti 3000 orang pegawai bank CIMB dan bank Danamon,
kami juga kasihan kepada mereka yang banyak hutang dalam US dollar, kami
kasihan kepada orang yang tidak tahu bahwa daya beli mereka melorot karena rupiahnya terkikis.
Tetapi kami tidak kasihan kepada pembaca EOWI, yang setiap hari membuka EOWI
dan masih tidak bisa mempertahankan nilai tabungannya dengan memanfaatkan
peluang: short rupiah dan long dollar.
Capek deh.......
Mungkin ada pembaca yang masih
penasaran: apa hubungannya berita Fadli Zon dengan tulisan ini?
Entahlah......., EOWI tidak perduli.
Apakah dalam suatu tulisan harus ada hubungan antara satu paragraf dengan
paragraf lainnya. Hal tersebut, toh, belum dilarang oleh pemerintah, atau
dikenakan pajak. Dan DPR belum mengusulkan untuk dikenakan cukai seperi minuman berpemanis sintetis. Sebelum hal-hal seperti ini (cerita ngalor-ngidul) dikenakan pajak seperti pesangon PHK atau dilarang
pemerintah seperti masuk daerah 3-in-1 jam 7 – 10 pagi, EOWI akan melakukannya
terus. Toh nggak kena pajak dan nggak akan dipenjara atau denda? Siapa
perduli.
Sekian dulu. Jaga tabungan dan
kesehatan anda baik-baik.
Jakarta 21 September 2015.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
20 comments:
Top story of the day Bung IS.. btw apa ada sedikit clue knp investor asing pembawa hot money, sdh tdk lg tertarik dgn imbal hasil 7,5% ala BI rate? apa mereka sdh berhitung kl dlm setahun imbal hasil tsb mmg tdk bisa mengatasi depresiasi RP atau ada faktor lain lagi (tidak percaya pemerintah misalnya)..
ini hoax bukan ? http://chirpstory.com/li/285855 Ternyata USA Berutang Ribuan Triliun Dollar ke Bangsa Indonesia, Ini Buktinya : @SBYudhoyono @jokowi @ZUL_Hasan @Prabowo08 Mas IS - bagaiMana artikel ini ?
Ternyata tadi malam karena internet lemot, secara tidak sengaja topik ini ter-posting 2 kali. Dan ternyata pada posting pertama sudah ada komentarnya. Komentar ini saya pindah kesini:
Anonymous said...
sempat goyah iman sma wangsit EOWI
ketika fed batal naikkan suku bunga, trus dollar melemah sesaat
tp setelah direnungkan berkali2
analisa EOWI brutally honest
keep stacking USD guys ^^v
betul usd pulang kampung.bukan hanya rupiah.gbp dan eur pum jatuh
Sepertinya bung IS berhasil menafsirkan kondisi sekarang, mungkin seperti jaman dulu nabi Yusuf AS berhasil manafsirkan mimpi raja Mesir, gitu kali hehehe
Selain intervensi usd, BI bisa juga menahan dengan menaikkan BI rate yang menghukum debitor dan membuat senang kreditor (kecuali yang kena kemplang). Cerita soal ini dong bung IS, dan efeknya terhadap sektor properti yang katanya selalu naik dan punya mantra "hari senin harga naik". Kapan properti nyungsep? huehuehue...
Thanks sharingnya. Keep sharing... Salam bearish, hehehe...
Jd strategi AMW menurut bang is dah pas? Apakah benar beliau akan intervensi kalau hot money udah 90/95%keluar? Is that useful?
Uhuiiii Rp. 14.700
Trm ksh sharingnya, sy yg awam ini sedikit2 jd tau & turut bersiap menghadapi masa depan yg suram. Dg kondisi begini, apa risiko yg mgkn muncul thd simpanan valas di bank nantinya? Kira2 berimbas berat/ngga,ya? Jd sebaiknya simpanan dlm bentuk apa & dmn? Sy cm pegawai swasta dg penghasilan pas2an
��
1$=14700 hr ini
Menurut Pak Imam, apa benar isu akan banyak bank kecil akan kolaps jika USD makin menguat? Jangan2 bank kecil kolaps, bank besar di rush??
terimakasih banyak pak is. kalo aja saya ngga baca eowi, udah tergerus tabungan saya...
terimakasih Pak IS...
pak is,tolong pertanyaan denmas itu dijawab donk.kasih penjelasan tentang alasan mengapa asing tidak lagi tertarik dengan bunga bi 7.5%?bahkan malah memilih menarik hot money keluar dari Indonesia??
"Imam semar" ini sebenernya si semar yg di imamkan ? Atau semar mengimamkan ? Saya jadi bingung. Maklum saya bukan orang waras. Cuma orang gila yg lagi stres terhadap siklus dunia, dan beberapa isinya yg mulai keluar dari aturan main serta eksistensi peran yg ia mainkan. Hihihi
saya sdh baca eowi dari sejak di klubsaham dulu..
kebanyakan analisa pa is... 30% tepat, dan 70% meleset...
tapi soal ramal meramal memang tidak ada yg bisa tepat 100%
30% sdh angka bagus...
bukan hanya EOWI aja yg meramal dollar 17rb... suhu acai dsb. juga meramalkan begitu toh...
tapi minimal eowi sdh memperingati kita... untuk itu pak is saya sangat apresiasi
ini laporan lengkap soal krismon 1997-1998-1999 yang mana waktu itu pak is sedang tidak di indonesia.. agak panjang tapi benar-benar mendetail dan banyak chart dan neraca-neraca serta angka2 index yang agak sulit jika tidak mengerti bahasa tehnical dan ekonomi...
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LapTah%201998%201999.aspx
tapi sangat menyediakan insight... mohon pak is bantu menterjemahkannya kebahasa orang waras...
bravo pak is..
andrew73545
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LapTah%201998%201999.aspx
gold naik lg pak IS $1150an
sepertinya gold kebal thdp deflasi saat ini?
#kodechi
nb: happy weekend pak IS ^^
Sudah menjelang akhir September nih.. Mana nih realisasi ramalan doomsday nya?
Sudah gak sabar mau ngeledek simpatisan doomsday.
:D
Cerita di http://chirpstory.com/li/285855
tidak cocok dgn sejarah. Tgl 14 Nov 1963 spt tertulis di surat tsb, Kennedy tidak menerima tamu asing atau pergi ke Swiss. Hari tsb adalah press conference terakhir sebelum dia ditembak mati tgl 22 nov 1963.
Kebohongan biasanya punya kesalahan di detail2nya....sepeti kaxus ini...
@TAMGGUH,
Yg pasti bank yg sembrono dalam lending nya akan mengalami kesulitan. Kita yidak bisa mengeneralisir.
Yg ga gaa aja cerita tsb
beda antara 13.000 sekarang dengan 13.000 tahun 1998. pada tahun 1998 terjadi lompatan atau lonjakan seketika dari 2000-an, sedangkan 13.000 sekarang dicapai pelan2 sesuai inflasi tahunan. jadi sulit untuk terjadi reformasi terkecuali terjadi 6 kali lipat (tahun 1998 kurs 2000-an dikali enam sama dengan 13.000) jadi untuk tahun ini terjadi reformasi perlu perkalian enam (10.000-an kali enam sama dengan 60.000 perdollar) barulah terjadi reformasi jilid II
Post a Comment