Tidak banyak orang
memperhatikan, kapan teror bom di Indonesia dimulai. Dulu di jaman Orde Baru,
Suharto didesas-desuskan ada beberapa group teroris, yaitu group Warman dan Komando Jihad. Komando Jihad membajak pesawat Garuda tahun 1981 dan group Warman
meledakkan bom di candi Borobudur. Bomnya kecil-kecil saja – tidak menimbulkan
kerusakan yang berarti, dan targetnya bukan target teror, walaupun pemerintah
menyebutnya teroris, kadang gerakan
pengacau. Kalau targetnya Borobudur, kan
tidak bisa disebut teror. Jauh dari keramaian dan tidak ada korban.
Patut diduga bahwa aksi teror
di jaman Suharto adalah rekayasa dan taktik untuk menciptakan suatu suasana
politik yang ujung-ujungnya menciduki beberapa orang hendak disingkirkan.
Karena setelah aksi teror, biasanya ada yang ditangkapi.
Aksi pemboman yang serius baru
terjadi di tahun 2000. Itu setahun setelah terjadinya pembantaian umat Islam di
Ambon dan Maluku pada hari raya Iedul Fitri, 19 Januari 1999. Selama 2 minggu
diperkirakan ada sekitar 2000 orang Islam dibantai. Banyaknya korban disebabkan
oleh ketidak-siapan mereka karena sejak lama orang Islam Maluku tidak
menganggap tetangganya Kristennya sebagai ancaman sehingga membuat mereka menjadi
sasaran empuk.
Tidak hanya di Ambon dan Maluku,
tetapi juga di Poso, Sulawesi 23 Mei 2000. Inipun dimulai oleh kelompok Kristen
yang melakukan penyerangan di waktu subuh. Ini juga tidak diduga.
Ambon dan Maluku seakan sudah
melupakan semua kejadian pembantaian yang dimulai pada saat Iedul Fitri 1999,
walaupun sampai sekarang keadilan belum ditegakkan. Tetapi untuk Poso, dimana 3
orang yang dianggap dalang dari pencetus kerusuhan, yaitu serangan subuh 23 Mei
2000, FabianusTibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu sudah diadili dan di
jatuhi hukuman mati, tetapi masih menyisakan luka yang tidak kunjung sembuh.
Ada suatu keanehan bahwa ketiga orang tersebut adalah petani biasa, dua
diantaranya SD pun tidak lulus dan yang satu lagi lulusan STM. Disamping itu
terakhir Tibo menyebut 16 nama yang lebih masuk akal sebagai dalang kerusuhan
Poso, seperti Paulus Tungkanan (purn. TNI), Limpadeli (pensiunan PNS), Ladue (purn.
TNI), Erik Rombot (PNS Kehutanan), Theo Manjayo (purn. TNI), Edi Bunkundapu
(PNS Pemda Tk. II Poso), Yahya Patiro (PNS Pemda Tk. II Poso), Sigilipu H. X,
Obed Tampai (pegawai Perhubungan), Rungadodi Zon (PNS Guru SD), Janis
Simangunsong, Ventje Angkou, Angki Tungkanan, Heri Banibi, Sarjun alias Gode,
Guntur Tarinje.
Tidak terlalu mengherankan, milisi
Islam seperti Santoso yang baru saja tertembak mati, masih bertahan
dihutan-hutan melakukan perjuangan mereka menuntut keadilan. Catatan: Jenazah
Santoso disambut sebagai pahlawan oleh rakyat setempat, menunjukkan cinta
rakyat setempat kepada teroris (baca: pahlawan).
Aksi pemboman yang bisa dikaitkan
ke kelompok Islam (tanpa ada keraguan) dimulai pada aksi bom Kedubes Filipina,
1 Agustus 2000, yaitu 3 – 4 bulan setelah penyerangan Poso. Itupun sasarannya
bukan spesifik kepada kelompok Kristen. Baru pada malam natal 2000, arahnya menjurus
ke kelompok agama tertentu.
Kualitas Teror Yang Menurun
Pembaca pasti memperhatikan
bahwa kualitas hasil kerja teroris di Indonesia mengalami penurunan yang sangat
tajam. Teror bom yang awal-awal adalah serangan bom di Indonesia adalah bom ruang
parkir BEJ tanggal 13 September 2000, 15 orang tewas, 90 orang lainnya
luka-luka. 161 mobil rusak. Bom yang digunakan kemungkinan low-explosive alias mercon, karena asapnya putih. Tetapi,
kemungkinan dicampur dengan BBM, bensin, barangkali, karena asap hitam menyusul
asap putih. Itu yang saya saksikan. Banyaknya korban lebih dikarenakan tercekik
kekurangan oksigen yang dihabiskan oleh ledakan uap bensin. Ide yang orisinil,
membunuh dengan menghilangkan oksigen di ruangan.
Masih di tahun yang sama di
malam natal tahun 2000, rentetan pemboman yang mempunyai ketepatan waktu
seperti operasi komando militer. Sasarannya gereja-gereja di Jakarta, Batam,
Pakanbaru, dan empat kota lainnya.
Kemudian kasus bom Bali-I tanggal
12 Oktober 2002 yang menewaskan 164 orang dan 209 terluka. Ini juga kualitasnya
cukup tinggi. Di samping high-explosive
(katanya), juga low-explosive
(katanya) dan minyak bakar digunakan sebagai bahannya. Banyaknya korban tewas,
kemungkinan karena shock wave yang
dihasilkan oleh campuran uap bensin dan udara pada saat meledak. Bukan oleh sharpnels, atau serpihan logam. Ini juga
design bom yang orisinil.
Tahun berikutnya pengeboman
hotel JW Mariott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, 5 Agustus 2003, korbannya
12 orang mati dan 150 terluka. Bomnya tipe low-explosive
yang ditandai oleh asap putih.
Berikutnya 9 September 2004,
aksi bom mobil bunuh diri menyerang kedutaan besar Australia di Jakarta, 11
orang meninggal. Kemudian bom Bali-II 1 Oktober 2005, 23 orang tewas dan 196
lainnya luka-luka.
Serangan bom di hotel JW Marriott
ke II dan Ritz-Carlton, 17 Juli 2009 setelah teroris bom absen cukup lama.
Jumlah yang tewas 9 orang korban dan luka-luka lebih dari 50 orang. Bom yang
digunakan adalah low-explosive alias
mercon satu koper plus ransel. Daya bunuh yang diandalkan adalah serpihan, sharpnels yang berterbangan. Perhatikan
terjadi penurunan kualitas dalam artian jumlah korban dibandingkan dengan
pemboman hotel Mariott tahun 2003.
Setelah tahun 2009, mungkin
ada beberapa serangan teror bom, kalaupun ada tidak layak dicatat dalam
ingatan. Terlalu biasa. Tetapi tahun 2016 ini terjadi 3 teror bom yang menarik
dan mudah diingat karena konyolnya. Pertama tanggal 14 Januari 2016 di depan Sarinah jalan
Thamrin Jakarta. Acara pemboman ini menjadi tontonan banyak orang, dan ada yang
tewas yaitu teman pelakunya sendiri karena kesalahan tehnis. Ini masih mendingan, karena ada masih ada yang
mati. Kemudian bom bunuh diri di gereja Katolik Stasi Santo Yoseph Medan tanggal 28 Agustus 2016. Pelakunya
berhasil meledakkan diri, tetapi dia sendiri tidak mati, melainkan hanya luka
ringan. pelakunya tidak mati, bahkan digebuki jemaah geraja sebelum diserahkan
kepada polisi. Bom bunuh diri yang tidak berhasil membunuh dirinya
sendiri.....hmmmmm......lucu.
Terakhir adalah pelemparan bom
molotov, pada 13 November 2016 ke arah kanak-kanak yang sedang bermain di depan
Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur. Empat kanak-kanak terluka dan satu
korban di antaranya meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit.
Yang disebut bom molotov
sebenarnya bukan bom, melainkan hanya botol diisi bensin dan diberi sumbu. Bom ini tidak bisa meledak, karena tidak
ada bahan peledaknya. Mungkin karena kualitas teror yang semakin rendah,
sasarannyapun beralih ke kanak-kanak yang lebih gampang.
Mungkin kita harus bilang ke
para teroris:
“Jangan beraninya
sama anak kecil. Cari lawan yang seimbang dong. Common, go pick on someone your own size!!”
Mungkin mereka tidak akan mau
karena konsekwensinya berat. Bisa bonyok
seperti pelaku pelemparan molotov
cocktail di gereja Oikumene Samarinda, yang katanya fotonya ada dibawah
ini. Pasti sakit digebukin sampai
bonyok seperti itu.
Ganti Taktik (Cara yang Legal)
Beberapa hari lalu, beredar
sebuah pesan di Whatsapp dan mungkin di sosmed lainnya. Bunyinya sebagai
berikut.
DEMO TANPA KEKERASAN UMMAT ISLAM
AKSI RUSH MONEY BELA ISLAM 25 NOP
Masih dalam rangka menunggu keputusan
hukum terhadap si AHOAK, dan semakin gencarnya perang opini umtuk membalikkan
fakta/kenyataan dilapangan maka malalui BC ini sy menghimbau seluruh Ummat Islam
untuk malukan aksi: RUSH MONEY, yaitu Dengan cara tarik semua dana di
Bank sampai keadilan ditegakkan bagi si penghina Al quran. Bayangkan kalau ada
5jt umat muslim yg berpartisipasi dalam aksi Rush Money sebesar 2jt/orang, maka akan ada 5.000.000 x 2.000.000 = 10.000.000.000.000, itu kalau 5jt orang dan
masing2 2jt, gimana kalau lebih? Bisa mencapai 100trilyun uang yg rush dari
dunia perekonomian kapitalis.
Banyak lho dokter2 spesialis dan
pengusaha muslim yg bisa melakukan ini dan bikin bu sri mulyani marah besar ke
jokowi
( RUSH MONEY )
Just Info, bank hanya mencadangkan 5
s.d 10% dana cash saja dari total
dana pihak ketiga yaitu dana nasabahnya.Akan menjadi tekanan yg luar biasa bagi
pemerintah kalau kaum muslimin menyambut seruan utk tarik tunai dananya di
bank. #aksirushmoney_forjustice
Yg tidak mampu demo tetap bisa
melakukan "tarik uang besar2an"
KITA SEBARKAN TERUS WA INI DAN TARIK UANG BERSAMA2 TGL 25 NOP
Ajuran ini nampak bagus.
Artinya kalau dilakukan oleh teroris, maka para teroris nampak lebih terpelajar.
Pertama mereka menyadari bahwa sumber daya dan kualitas teror bom mereka sudah
habis, setidaknya turun drastis. Kedua, cara ini adalah legal. Tidak akan
ditangkap oleh pemerintah.
Saya katakan nampak, karena kalau diteliti lebih
dalam maka terlihat jelas bahwa rencana mereka tumpul. EOWI bukan sekedar
beropini, tetapi ada hitungannya yang jelas. Begini analisanya:
Angka Rp 2 juta masih kurang. Sepuluh
kali itu, atau Rp 20 juta yang ditarikpun tidak cukup, jika pengikutnya hanya 5
juta orang.
Hitungannya begini:
- Uang kartal/uang fisik yg beredar 400 trilliun. Sedangkan M1 (uang yg termasuk catatan elektronik dibank) Rp 1 quadrilliun (1000 trilliun)
- Kalau ditarik Rp2 juta x 5 juta = Rp10 trilliun (tidak akan berdampak apa-apa)
- Kalau ditarik Rp20 juta x 5 juta = Rp100 trilliun (mungkin bank akan kelabakan)
- Kalau ditarik Rp50 juta x 5 juta = Rp250 trilliun (mungkin BI akan kelabakan)
- Kalau Rp100 juta x 5 juta = Rp500 trilliun (mungkin bank akan tidak liquid)
Bagi BI menyediakan cash tambahan sebanyak 100 trilliun
adalah pekerjaan rutin selama lebaran, natal dan tahun baru. Oleh sebab itu Rp
10 trilliun tidak berdampak apa-apa. Dan kalau 10 kali lipat, yaitu Rp 20 juta
per orang, rasanya Cuma seperti lebaran, natal dan tahun baru. Bank-bank bisa kelabakan kalau BI tidak turun tangan.
Tetapi ini hal yang rutin setiap tahun.
Kalau yang ditarik Rp 250
trilliun, mungkin BI akan kelabakan,
karena ukurannya 2.5 kali kebutuhan uang tunai tambahan selama lebaran, natal
dan tahun baru. Tetapi bukan mustahil diselesaikan oleh BI, karena mereka punya
uang yang belum diedarkan digudang-gudang BI. Jangan heran kalau ini terjadi, mungkin
akan beredar uang pecahan Rp 200 ribu untuk menangkal kebekuan likwiditas.
Kesimpulannya harus Rp 100
juta per orang, kalau massa pengikutnya cuma 5 juta.
Pertanyaan berikutnya adalah:
Apa ada 5 juta umat Islam yang cukup militan
dan punya uang di atas Rp 100 juta? Bakri mungkin punya ratusan milyar, tetapi
apakah dia cukup militan untuk ikut. Tentunya tidak, karena ia adalah politikus.
Yang punya uang banyak dan cukup militan adalah dari kelompok non-muslim
seperti James Riyadi.
Apakah ada 5 juta orang yang
cukup militant? Pertanyaan itu masih belum terjawab. Dari segi distribusi
kekayaan, 92% dari 162 juta populasi orang dewasa Indonesia mempunyai kekayaan
(bukan tabungan lho) $10,000 ke bawah. Artinya populasi yang 92% ini ( 149 juta
jiwa) ini tidak bisa diharapkan berpartisipasi dalam menariki duitnya dari bank
Rp 100 juta. Tinggal yang 8% sisanya (hampir 13 juta jiwa). Populasi yang 8%
ini termasuk orang-orang superkaya yang mungkin tidak perduli terhadap himbauan
rushing dan juga termasuk non-pribumi
yang kaya-kaya. Untuk memperoleh 5 juta relawan agak berat.
Dengan kata lain, yang bikin
rencana Rp 2 juta kepada 5 juta orang relawan itu nggak mikir. Kalau 10 kali lebih banyak (50 juta relawan), secara
volume bisa membuat rushing bermakna.
Tetapi jumlah itu adalah hampir dari 1/3 populasi orang dewasa Indonesia. It is tough bro cari pengikut sebanyak
itu.
Kalau EOWI yang bikin rencana
maka sasarannya yang diajak melakukan rushing
banks bukan saja para militan, tetapi seluruh keluarga di Indonesia.
Poin-poin nya:
1. Ajakan
untuk 5 juta umat Islam yang militan untuk mengambil Rp100 juta tabungannya
atau seluruh uangnya jika tabungannya kurang dari Rp100 juta. Harus disadari
bahwa kemungkinan untuk memperoleh relawan yang bisa memenuhi kriteria Rp100
juta, sulit tetapi tidak apa-apa. Ini adalah kelompok inti bagi bola salju yang
akan digelindingkan.
2.
Beri
peringatan bagi semua rakyat Indonesia, Islam, Kristen, Katholik, Hindu,
Buddha, Atheis, Kong Hu Cu, aliran Kebatinan, bahwa akan ada rushing ke bank-bank. Kalau mereka tidak
siap maka mereka tidak bisa belanja. Oleh sebab itu disarankan untuk mengambil
tabungan mereka sebanyak 2 bulan pengeluaran bulanan sebagai cadangan. Sebab
bank-bank akan kehabisan uang tunai.
3. Peringatan
juga kepada sektor industri padat karya bahwa mereka juga harus siapkan uang
tunai untuk cadangan menggaji karyawan mereka untuk 2 bulan kedepan.
Walaupun jumlah penarikan
tabungan dari umat Islam militan kurang dari Rp 400 trilliun (atau berapa
saja), tetapi banyak rumah tangga dan industri padat karya yang akan ikut
berpartisipasi. Untuk berhasil perlu dikampanyekan secara gencar, sehingga
partisipasi rumah tangga dan industri padat kerya menjadi maksimum.
Itupun EOWI tidak menjamin
keberhasilannya. Yang pasti lebih ampuh dari usulan yang beredar di medsos.
Pemerintah dan BI akan melakukan perlawanan yang tidak kalah sengitnya.
Jurus penangkal Pamungkas: Jurus Modi’s
War on Cash
Kasus rush, bukan suatu pemikiran yang ada di angan-angan. Tetapi telah
terjadi sepanjang sejarah. Oleh sebab itu para otoritas keuangan (baca:
politikus) berusaha mencari jurus pemungkasnya.
Eropa sudah mulai menariki
uang pecahan €500 dan akan habis di tahun 2018. The Fed menghentikan peredaran
pecahan $500, $1,000, $5,000 and $10,000 di tahun 1969. Swiss punya pecahan
1000 franc dalam jumlah yang terbatas.
Tujuan utama menghilangkan
pecahan besar gunanya untuk mempersulit transaksi cash. Dengan pecahan uang yang kecil-kecil, akan memakan banyak
tempat. Sehingga tidak praktis. Ekstrimnya, bayangkan untuk berbelanja
diperlukan satu keranjang uang kertas. Itu sangat tidak praktis. Ini adalah cara
agar pelaku ekonomi memilih alternatif lain yaitu kredit, uang elektronik
dengan menggunakan kartu debit atau kartu kredit. Dengan demikian bank tidak
akan pernah mengalami rush.
Mulai tengah malam 10 November
2016, perdana menteri India, Narendra Modi, menyatakan uang pecahan Rs500 dan
Rs1000 tidak berlaku lagi. Alasannya adalah untuk memerangi korupsi, memerangi
pemalsuan uang, terorisme dan aktifitas illigal lainnya.
Tentu saja itu bukan alasan,
tetapi dalih. Sebab, pertama ada kemungkinan lain yang bisa menjadi alasan yang
sahih. Umpamanya, sebagai persiapan terjadinya rush terhadap bank-bank ketika krisis deflasi atau krisis kredit,
krisis hutang memuncak. Modi sudah melihat orang-orang kaya dan kelas menengah
sudah mengumpulkan cash. Kedua, nilai
dari Rs500 hanyalah Rp 100 ribu yang bisa membeli satu porsi sate di Sate Khas
Senayan atau 2 porsi Bakmi GM. Bayangkan kalau mau bikin arisan dan beli Bakmi
GM 20 porsi dengan harus dibayar dengan uang cash Rs100 (denominasi tertinggi sekarang) sebanyak 50 lembar! Itu
tidak muat di kantong celana. Akhirnya orang lari ke uang elektronik. Rush terhadap bank peluangnya bisa
dikurangi. Diperkirakan sekitar 86% dari Rs 17.8 trilliun uang fisik yang
beredar akan tersedot kembali.
Hmm......cara yang effektif
mematikan transaksi tunai. Mungkin juga cara yang effektif untuk membuat
ekonomi melambat. Itu effek sampingnya.
Apakah Agus Martowardojo dan
Sri Mulyani akan menggunakan jurus pamungkas ini. Artinya, uang pecahan Rp100
ribu dan Rp50 ribu ditiadakan? Akan sangat menarik.
Renungan
Pengadilan....., walaupun
namanya menyandang kata adil, tetapi jangan harap elemen adil selalu ada
disana. Kalau menyangkut politikus, keadilan seringnya menghilang dari
pengadilan. 16 orang yang disebut-sebut Tibo tidak pernah diselidiki. Kasus
pembunuhan Munir pun juga aneh. Kasus Antasari yang baru-baru ini memperoleh
pembebasan bersyarat juga kata Antasari adalah rekayasa. Kasun pembantaian
Ambon juga tidak ada pengadilannya. Bagaimana dengan penistaan agama oleh Ahok?
Yang pasti kasus penistaan agama oleh HB Yassin, Arswendo dan Rusgiani yang
semuanya notabene bukan politikus, berjalan lancar, tanpa perlu mendatangkan
saksi ahli dan segala tetek bengek. Mereka menjadi pemuas kemarahan
masyarakat (opini kami KUHP pasal 156a adalah pasal karet untuk pemuas
kemarahan sekelompok orang). Ahok agak beda, dalam penyidikannya perlu
didatangkan saksi-saksi ahli.
Kalau pengadilan tidak adil
atau pengadilan tidak bisa memberikan kepuasan kepada kelompok pemaksa, maka.......berhati-hatilah.
Apalagi kalau mereka mengeluarkan jurus-jurus baru untuk memaksa.
Di EOWI, kami tidak perduli.
Kami cuma mau mempertahankan nilai tabungan kami. Syukur-syukur dapat untung
banyak. Dan adanya keributan dan krisis adalah kesempatan. Wei Jie ungkapan Mandarin untuk krisis – bahaya dan kesempatan –
artinya. Kami ikut pesta. Semakin meriah, kami semakin suka. Siapa yang tidak
suka kemeriahan?
Oleh sebab itu...., para
pembaca, alangkah baiknya anda men-share
tulisan ini kepada rekan-rekan anda. Siapa tahu originator dari pesan AKSI RUSH
MONEY BELA ISLAM 25 NOP di sosmed membaca kritik ini dan memperbaiki rencana dan strategi
mereka.
Sekian dulu, jaga kesehatan,
keselamatan dan tabungan anda baik-baik. Kita tunggu pestanya. Sampai nati
dalam acara enjoy the party kalau ada
di tanggal 25 November ini. Jangan lupa, tarik juga US dollar cash.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
14 comments:
Memalukan dan memuakkan sekali kelakuan ulama Islam di Jakarta saat ini
Apa untungnya aksi rush money? Maaf sekali bahasa saya kasar "DUNGU BODOH SEKALI PANTAS SAJA JADI KAUM JONGOS!" ekonomi kolaps bangsa & negara hancur kaum berada gampang tinggal pindah ke Singapore Ausy atau kemanapun mereka punya duit. Apa yang tersisa? Kaum bodoh fanatik radikal yang miskin yang berhalusinasi hidup di negeri khilafah lalu akhirnya apa? Mereka akan saling bunuh sendiri lalu setelah negri ini hancur mereka masuk lagi dan keturunan kaum radikal fanatik itu kembali jadi Babu di negerinya sendiri. Lihat Zimbabwe apa agama bisa bikin hidupmu lebih baik? Kasihan sekali keluarga kaum fanatik radikal ini. Oh ya satu lagi mulai besok jangan bekerja pada orang kafir cara ini lebih efektif & sesuai ajaran
Okay, lebih meriah lebih bagus, terus bagaimana mencari keuntungan apabila terjadi RUSH?
Pak Is, dolar indeks sdh 101,34 tp knp rupiah msh di 13400 ya? Pdhl malay ringgit dan philipine peso sdh tiarap. Apa ini krn intervensi BI atau krn harapan thd dana repatriasi yg akan masuk ke indonesia yg msh tinggi..? Menurut saya, kuris rupiah skrg ini agak aneh, apalagi kondisi politik dlm negri jg sedang tdk kondusif..
masa sih uang kartal yg beredar saat ini cuma 400 triliun & uang yg tercatat di perbankan cuma 1.000 triliun bung IS? lha wong APBN tiap tahun aj muter duit sekitar 2.000 triliun kok? lha itu bgm ceritanya, duit dari mana? masa cuma itungan angka2 semu?
"Hitungannya begini:
Uang kartal/uang fisik yg beredar 400 trilliun. Sedangkan M1 (uang yg termasuk catatan elektronik dibank) Rp 1 quadrilliun (1000 trilliun)"
https://www.youtube.com/watch?v=fWL4MpROIkU
BREAKING: Real Reason Germans Were Told To Prepare for "NATIONAL CRISIS" Deutsche Bank Going Under!
Mas Imam, apa perlu kita ikutan stock makanan/kebutuhan hidup juga ? Apa Indonesia bakalan terseret kalau DB kolaps ?
teror politik lebih canggih dan terorganisir...
https://seword.com/politik/beredar-chat-donatur-demo-2511-beri-instruksi/
bukan semua ulama,..hanya ulama yg suka bikin sertifikasi halal utk makanan kucing ..
https://seword.com/politik/mui-dibayar-berapa-sama-agus-yudhono-agar-salahkan-ahok/
Gagal memahami sebagai soal yang tertanam (endogenous) dalam kapitalisme, krisis justru dipandang sebagai soal rasial. Hanya karena sejumlah konglomerat keturunan Tionghoa menguasai dunia bisnis di tanah air, seolah problem pokok berasal dari warga keturunan Tionghoa. Krisis berujung kekerasan rasial: pembunuhan, pemerkosaan, dan aneka kekerasan lain terhadap warga Tionghoa terjadi terutama di Jakarta. Krisis juga meninggalkan konflik dengan dalih agama di sejumlah daerah (Poso, Ambon, Ternate). Rata-rata para pelaku yang terlibat dalam kekerasan-kekerasan di jalan adalah mereka yang tersisih oleh kapitalisme. Mereka adalah kelas lumpen-proletariat atau “dangerous class”. Umumnya, di antara mereka adalah penganggur dan pelaku kriminal jalanan. Orang-orang ini mungkin saja memiliki kemampuan untuk bekerja di sektor formal, tetapi tidak bisa melakukannya karena ketiadaan lapangan pekerjaan. Mereka rela menyabung nyawa dalam kekerasan-kekerasan rasial lebih karena ketidak-tahuan terhadap akar masalah. Apa yang digambarkan Gerry van Klinken sebagai perang kota kecil, dalam kasus Poso dan Ambon, menurut hemat saya tidak lebih dari perang sesama kaum miskin dengan korban sesama mereka sendiri.
Tetapi, kekerasan semacam juga menyertakan ‘lumpen- parolatriat kelas atas’. Siapa itu? Di Class Struggle in France, misalnya, Marx berbicara tentang aristokrasi keuangan (finance aristocracy), yang maknanya bukan berkaitan dengan kapital uang (finance capital) di dalam kelembagaan resmi kapitalisme. Tetapi, aristokrasi keuangan dalam pengertian orang-orang yang mengeruk keuntungan dengan rakus dan kejam, terutama terhadap kaum yang lemah. Karakter mereka sebenarnya identik dengan para perampok, atau perampok itu sendiri, yakni perampok dari kelas atas. Mereka menumpuk kekayaan tidak melalui kegiatan produksi, sebagaimana layaknya dalam sistem kapitalisme. Apa yang mereka lakukan adalah tindakan kriminal. Umumnya mereka membangun organisasi massa berbasis suku atau bahkan bertopeng agama. Sejak Orde Baru, mereka berusaha mengeruk uang dengan proteksi atau tekanan terhadap para pengelola hiburan malam. Karena mereka pada umumnya memiliki akses dan kaitan ke kekuasaan, kerap para elit borjuis yang terlibat dalam perebutan kekuasaan jangka pendek menggunakan mereka dalam tindak-tindak kekerasan massa secara konspiratif untuk memukul lawan. Banyak kerusuhan atau kekerasan rasial di tanah air, terutama sejak Orde Baru, yang melibatkan mereka sebenarnya berhubungan dengan konflik intra elit borjuis.
Hari-hari ini, di tengah hiruk-pikuk politik elektoral di Jakarta, kita menyaksikan kartu identitas dieksploitasi sedemikian dalam. Pernyataan Ahok dengan mengutip Surat Al-Maidah 51 telah digoreng sedemikian rupa untuk mengeliminasinya. Tetapi, problem dasarnya adalah ini: Jakarta bukan hanya etalase kemajuan Indonesia, tetapi sekaligus cermin kemajuan yang tidak berimbang (uneven development). Sebagai kota metropolitan, Jakarta melayani perusahaan-perusahaan raksasa (industri, keuangan, dan dagang) dan kelas-kelas pekerja dengan keahlian yang tinggi. Ini mensyaratkan akumulasi berbasis investasi di sektor properti (perkantoran, perhotelan, ritel, kompleks tempat tinggal eksklusif/apartemen, dll) dan infrastruktur sebagai prioritas. Resikonya, penyingkiran terhadap para pekerja rentan di sektor informal tetapi juga borjuasi skala kecil menjadi pemandangan menonjol, termasuk yang dilakukan Ahok dalam beberapa tahun terakhir. Dengan memiliki 1, 2 juta pekerja rentan, dan lebih dari 450 ribu pengangur (Februari 2015), Jakarta secara obyektif menyimpan “api dalam sekam”. Sejak tidak ada partai politik yang merepresentasikan kepentingan kelas mereka, maka lawan-lawan Ahok, sesama politisi borjuis, dapat dengan licik mengkanalisasi sentimen identitas lautan massa yang tersungkur karena pertumbuhan cepat kapitalisme di ibukota.
Rusia dan OPEC termasuk Saudi siap2 mengurangi pasokan minyak ( Oil Freeze ). Siap2 Harga minyak meningkat kembali.
https://www.youtube.com/attribution_link?a=2lQL3yblgog&u=%2Fwatch%3Fv%3DjPf6Jvy1WFY%26feature%3Dshare
Ibu Alvina, harap jangan mengeluarkan komen yg bernada penyesatan publik spt itu krn dapat dipidana dg UU. Tks
ibu alvina koq anda malah makin stress ?
Jangan ajarin yg ngak-ngak loh om IS, ntar kena tangkap.
https://news.detik.com/berita/3355232/bareskrim-tangkap-seorang-penyebar-isu-rush-money?_ga=1.129858698.789981486.1473846090
:D
Kenapa orang islam selalu mengeluh di zalimi? Khotbah jumaatnya materinya selalu bahas ketidak adilan kaum kafir mereka selalu diajar untuk curiga & membenci kafir coba pikir dengan kepala dingin. Thn 80an musuh utamanya masih komunis & bkn islam waktu itu china masih susah sekali ky korut sekarang. Apa Amerika memanjakan China? Sehingga bisa seperti sekarang? Tentu saja tidak. Orang china membayar mahal kesuksesannya. Ini bukan berarti saya memuji cina tapi coba mikir islam dari dulu selalu ributnya yang ga penting. Skrg dibalik apa tidak bisa seluruh umat islam bersatu padu bukan rush money ya. Coba patungan beli tanah untuk bertani atau beli pabrik. Latih & pekerjakanlah saudara seimanmu itu supaya tidak menghamba sama kafir. Bikin perusahaan sekelas indofood atau grup jarum. Jika bisa sukses tentu saja kafir akan musnah sendiri bukan? Islam yang jadi boss & kafir yg jd budak islam. Tentu bisa bukan? Orang islam kan jujur ga licik ky cina yg tukang tipu. Bikin super holding kuasai ekonomi maka kau akan kuasai dunia
masukan yang bermanfaat sekali, terima kasih
by obat glaukoma
Post a Comment