Di EOWI ada suatu ungkapan
yang sudah menjadi semacam kepercayaan, kredo yang secara historis sudah
dibuktikan. Ungkapan itu adalah:
“Ada penipu kecil, penipu ulung, politikus
dan Cut Zahara Fonna”
Kalau EOWI mengatakan Cut
Zahara Fonna (CZF), tidak berarti CZF secara individu, bisa juga sosok manusia
yang mempunyai karakter, kelas dan kualifikasi sama dengan yang dimiliki oleh
CZF, yaitu sosok manusia yang berhasil menipu politikus papan atas termasuk menteri,
presiden dan/atau wakil presiden.
Dari sejarah dicatat juga bahwa
karakter CZF muncul seringnya di saat ekonomi mengalami perlambatan, atau
sedang berada di bawah atau menjelang naik. Tetapi tidak pada masa ekonomi
sedang booming. Sebabnya entah
kenapa. Mungkin pada saat orang mengalami tekanan ekonomi, merasa putus asa,
maka rasio sudah tidak digunakan lagi.
Ungkapan di atas juga seakan-akan
meletakkan posisi politikus adalah satu golongan dengan penipu hanya saja
posisinya adalah pada level ke II di bawah Cut Zahara Fonna dalam hal kelicinan
dan kelicikan. Terserah bagaimana pembaca melihatnya.
Apakah itu a good guy Hayek atau a bad guy Goebbels atau orang yang tidak
populer Imam Semar mengatakan hal yang sama.
Pemerintah menggunakan propaganda untuk membentuk kepercayaan dan prilaku
rakyat. Menyulap opini dan pandangan menjadi realita. Menjalin kisah bernilai
hikmah moral seakan itu adalah nilai-nilai luhur yang sudah dimiliki masyarakat
sejak lama. Dengan demikian kebenaran bisa dimatikan.
Hal seperti ini bisa terlihat
di Korea Utara, bagaimana pimpinan negara bisa menciptakan citra bahwa Amerika
Serikat adalah Evil Empire yang siap
menjajah. Dan rakyat membangun militer yang kuat dan siap menghadapi Amerika.
Anda juga bisa bilang tentang
sejarah Indonesia yang diajarkan di sekolah-sekolah yang mengatakan bahwa
Indonesia di jajah Belanda selama 350 tahun. Keponakan saya yang kelas 4 SD,
membantahnya, dengan mengatakan bahwa nama Indonesia baru ada secara resmi
tahun 1950, ketika dunia mengakui Republik Indonesia. Yang benar bahwa wilayah
yang sekarang disebut Indonesia adalah bagian dari kerajaan Belanda, yang
disebut Hindia Belanda.
Di sistem demokrasi, cara-cara
ala Korea Utara bentuknya diperhalus saja.
Politikus menjanjikan sesuatu
yang tidak bisa dipenuhinya dan untuk mewujudkan janji yang tidak bisa
dipenuhinya itu, mereka menggunakan uang orang lain. Tidak hanya itu, mereka
berbuat apa saja untuk pencitraan mereka dan lain-lain hobby, atau memperkaya
diri sendiri berserta kroninya. Apakah itu bisa membuat mereka dikelompokkan
bersama dengan CZF, jawabnya terserah anda. Apakah mau menterjemahkan arti politics sebagai poly = banyak dan ticks =
kutu parasit penghisap darah, atau sekumpulan kutu penghisap darah, EOWI juga tidak bisa melarang anda
menterjemahkan seperti itu.
Masalah intepretasi seperti di
atas, EOWI serahkan kepada pembaca. Seandainya demikian arti ungkapan di atas,
maka itu adalah hasil tafsiran pembaca semata. Tetapi......, EOWI tidak
meninggalkan pembacanya dalam kegelapan tafsir. EOWI akan menunjukkan sebuah
pengakuan dari politikus sendiri.
Dua orang politikus jika
bertemu di forum debat akan membongkar kebohongan-kebohongan lawannya. Dan yang
diperlukan adalah video debatnya.
Coba hitung berapa banyak topik-topik tuduhan kebohongan pada
video berikut ini.
Salah satu kalimat Donald
Trump, bahwa ia akan memasukkan Hillary ke penjara (karena tindakan Hillary
yang melanggar hukum). Jadi para politikus sendiri sudah menjawabnya.
Sebelum sampai ke topik yang
paling terkini sebagai the main course/menu
utama yaitu tentang Jokowi, Marwah Daud Ibrahim, dan Dimas Kanjeng Taat Pribadi
serta hmmm...., mungkin juga Ahok bisa dimasukkan, kita mulai dengan
kisah-kisah lama dulu sebagai appetizernya.
Ini juga untuk memperkenalkan para pelaku sejarah kepada generasi yang tidak
mengalami CZF-CZF dimasa lalu.
Kita mulai dengan Sukarno,
presiden pertama Republik Indonesia. Bisakah Sukarno menduduki peringkat ke II
setelah CZF pada jamannya yaitu raja Idrus dan ratu Markonah?
Sukarno, apa salahnya sosok
ini? Bukankah ia seorang pahlawan? Dan.......jangan lupa dia juga seorang
politikus. Dan kata Donald Trump serta Hillary Clinton mereka adalah setali
tiga uang.
Untuk menggambarkan Sukarno
mudah saja. Yang pasti ia bisa memukau banyak orang. Di koran-koran, media pada
waktu itu, namanya selalu didahului dengan gelar yang mentereng: Paduka Yang
Mulia, Panglima Tertinggi ABRI, Mandataris MPRS, Pemimpin Besar Revolusi, Presiden
RI, Dr. Ir. Kalau dipikir-pikir buat apa gelar sepanjang itu.
Mungkin gelar sepanjang itu
untuk mengintimidasi. Saya tidak tahu pastinya. Kata Paduka Yang Mulia, mungkin
untuk memproklamirkan bahwa ia bukan orang biasa, tetapi semacam raja. Panglima Tertinggi ABRI maksudnya bahwa
ABRI tunduk dan harus mengikuti perintahnya. Mandataris MPRS, entah apa maksudnya. Kalau MPRS dianggap sebagai
dewa, maka Sukarno adalah wakil dewa di dunia.
Tentang gelar Pemimpin Besar Revolusi mungkin karena di
jaman itu, kata revolusi sedang populer. Jauh sebelum jamannya Sukarno jadi
presiden, di tahun 1920an ada revolusi Bolsvik. Kemudian the Great Leap-nya Mao Zedong
di Cina tahun 1950an, yang tidak menggunakan kata revolusi, tetapi idenya
sama. Kemudian di Amerika Tengah ada revolusi Kuba dipimpin oleh Fidel Castro
dan Che Guevara. Sukarno sendiri menyukai kata revolusi, sampai ada bukunya
berjudul Di Bawah Bendera Revolusi. Dia
mencanangkan banyak gagasan politik, tetapi aroma revolusinya selalu kental. Ketika
politik bebas aktif diterapkan, maknanya adalah bebas dan aktif mencampuri
urusan dalam negri negara lain. Maka ketika wilayah tetangga mendirikan negara
federasi Malaysia, Sukarno aktif mencampuri urusan suku Melayu ini dengan
politik ganyang Malaysia.
Sukarno juga penggagas Marhaenisme,
yang dilatar belakangi oleh kisah pak Marhaen, sosok petani kecil yang hanya
memiliki tanah kurang dari satu hektar. Yang dicitrakan adalah pola hidup
petani kecil yang hidup berkecukupan dan bahagia. Setidaknya itu tangkapan
saya.
Pembaca bisa menilai sendiri,
jika di satu pihak Sukarno mengajarkan falsafah hidup petani kecil seperti pak
Marhaen, sedangkan dirinya sendiri punya istri 4 dan yang satu adalah orang
Jepang yang sangat cantik yang untuk merawat tubuhnya perlu dana. Kalau pak
Marhaen seperti yang dipresentasikan oleh Sukarno yakni punya gelar yang
panjang, punya istri 4 dan salah satunya orang asing yang sangat cantik, maka
semua orang juga mau menganut Marhaenisme. Sekedar untuk diketahui saja, Dewi
Sukarno, orang Jepang yang cantik dan sangat memperhatikan pada penampilan
serta kecantikannya mungkin tidak akan mau kawin dengan pak Marhaen si petani
kecil. Dan pada umur 60an Dewi masih menerbitkan buku yang berisi foto-foto bugilnya, yang tentu saja tidak akan laku jika ia tidak cantik sekali.
Apakah Dewi yang ketika berumur 60 tahunan bisa berfoto bugil seperti ini mau dan bisa menjadi istri pak Marhaen? Kalau mau maka banyak orang yang mau jadi sosok pak Marhaen, bukan karena punya istri yang cantik, tetapi karena kehidupan yang enak dan nyaman di balik itu.
Perkara kawin-mawin, tuduhan Jai Hwa Cat kepada Sukarno mungkin terlalu kasar. Dewi dikawininya pada saat Dewi berumur 19 tahun, sedang Sukarno 57 tahun. Heidy Djafar berumur 18 dan Sukarno katanya 65 tahun. Yurike Sanger yang masih pelajar SMA, 17 tahun sedangkan Sukarno 63 tahun. Haryati yang sudah punya pacar, dinikahinya pada umur 23 tahun, sedang Sukarno 62 tahun. Jai Hwa Cat?
No comment. Yang pasti bukan orang munafik tukang selingkuh.
Seperti politikus lainnya, Sukarno punya janji. Janjinya adalah membawa Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur serta menjadi negara yang besar. Musuh besarnya adalah Nekolim, neo-kolonialisme (polanya sama dengan Korea Utara saat ini) yang bercokol di depan pintu, di Malaysia dan Singapura. Sumber daya, uang dan tenaga dikerahkan untuk menghadapi Nekolim ganyang Malaysia dan semuanya berakhir dengan kesengsaraan. Nekolim-nekolim yang ada di Malaysia tidak pernah menyerang Indonesia sampai sekarang, malah membantu mengurangi pengangguran di Indonesia dengan menampung tenaga-tenaga kerja Indonesia.
No comment. Yang pasti bukan orang munafik tukang selingkuh.
Seperti politikus lainnya, Sukarno punya janji. Janjinya adalah membawa Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur serta menjadi negara yang besar. Musuh besarnya adalah Nekolim, neo-kolonialisme (polanya sama dengan Korea Utara saat ini) yang bercokol di depan pintu, di Malaysia dan Singapura. Sumber daya, uang dan tenaga dikerahkan untuk menghadapi Nekolim ganyang Malaysia dan semuanya berakhir dengan kesengsaraan. Nekolim-nekolim yang ada di Malaysia tidak pernah menyerang Indonesia sampai sekarang, malah membantu mengurangi pengangguran di Indonesia dengan menampung tenaga-tenaga kerja Indonesia.
Sukarno adalah politikusnya,
bagaimana dengan CZFnya?
Raja Idrus dan ratu Markonah, yang
muncul di era mendekati tahun 1965, di masa politik ganyang Malaysia, ganyang
Nekolim dan sebagainya. Saat itu ekonomi mengalami penurunan. Katanya mereka
bisa membantu dalam perjuangan ganyang Malaysia dan ganyang lain-lain yang
disukai Sukarno (dalam berpolitik Sukarno suka ganyang-ganyangan). Mereka, raja
Idrus dan ratu Markonah diundang oleh presiden Sukarno ke Istana untuk dijamu. Aksi
raja Idrus dan ratu Markonah tidak berumur panjang. Menurut lagunya penyanyi
Tety Kadi, aksi raja Idrus hanya berumur sebulan. Setelah terkuak, identitas raja
Idrus dan ratu Markonah ternyata adalah tukang becak dan pelacur kelas bawah.
Sekian dulu, nanti dilanjutkan
sampai ke Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan Marwah Daud.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
8 comments:
Pak Semar nampaknya kita sudah masuk jaman edan ya pak bursa uda kaya kasino uda kacau balau dan herannya orang gendeng ky kanjeng masih dianggap dewa walaupun semua bukti & fakta sudah telanjang bulat
You can fool all the people some of the time and some of the people all the time, but you cannot fool all the people all the time.
Bung Is..
Ditunggu analisa nya ttg peradilan jessica wongso..
DEUTSCHE BANK TO COLLAPSE
September 30, 2016 • 1 Like • 1 Comment
Jim Willie: If Deutsche Bank Goes Under It Will be Lehman TIMES FIVE!
A bank failure contagion, that’s whats going to push the price of gold WAY over $2,000/oz again.
The Price of Silver is going to be moving over $100 and the price of gold is going over $5,000…
A failure of Deutsche Bank would trigger a systemic banking contagion the likes of which the Western world has never seen…
Mas Semar, apa bisa gold/silver mengalahkan USD kalau krisis ?
saya tunggu pembahasannya
Pengalihan tisu nih....USD ngak naik naik krn TA, IHSG malah naik krn TA.....eh malah bahas si Ahox ama kokowi....:D nunggu USD ama IHSG turun lagi baru bahas? :D
Jim Willie mah bullshit doang, fearmongering.
Jualan emas melulu bro.
Wkekwkkwkww....
:D
boleh menikah dengan bangsa jepang. yang penting bangsa asia.. bukan bangsa barat. btw indeks nikkei kok naik terus ya..? minta koment nikkei nya ya Pak Semar..
Post a Comment