Minggu ini banyak kejadian di dalam negri dan di dunia. Di Indonesia, tepatnya di Saudi Arabia, seorang TKW diperkosa lalu dibunuh dan mayatnya dibuang. Satu kejadian lagi adalah dianiayanya seorang TKW, juga di Saudi. Bibir pembantu ini digunting. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar pergi ke Saudi. Mungkin untuk menangis disana seperti kebiasaan SBY.
Katanya para calon TKW mau dibekali HP supaya mereka bisa berkomunikasi dan mencari bantuan kalau ada kesulitan. Ide ini mungkin datangnya dari staff presiden yang menganjurkan “blue energy” dan padi “super toy”.
Ini persoalan utama dari rencana pemerintah itu. Pemerintah bisa memberi HP kepada pembantu, tidak hanya 1 tetapi 10 atau 100, tetapi pemerintah tidak bisa mengontrol apa yang akan terjadi dengan HP-HP itu. Mungkin dijual, mungkin dicuri orang, mungkin dibiarkan begitu saja karena TKWnya tidak bisa mengoperasikannya, mungkin dibiarkan begitu saja karena TKWnya tidak punya duit untuk membeli pulsa. Ada sejumlah kemungkinan yang tak terhingga. Seperti halnya bank-bank sentral ketika melakukan QE, stimulus dan sejenisnya. Mereka bisa menggelontorkan liquiditas, tetapi mereka tidak bisa mengontrol kemana larinya. Atau tidak bisa mengontrol untuk bisa lari sama sekali.
Tidak ada yang bisa dilakukan pemerintah untuk TKI/TKW. Para TKW/TKI ini tahu resiko yang akan dihadapi. Berita tentang TKW yang tidak dibayar, disiksa dan entah apa lagi, sudah sering muncul dan sudah menjadi pengetahuan umum. Usaha-usaha untuk mencegah para unmanagable human resource dan low skill human resource ini untuk pergi keluar negri sudah dilakukan pemerintah. Tetapi tekad mereka kuat. Jalan apa saja akan ditempuh, pemalsuan data, masuk secara illegal, pemalsuan passport dan lain-lainnya. Pada saat tekad sudah bulat dan kuat, semua jalan akan ditempuh dan aturan-aturan pemerintah hanyalah macan kertas saja. TKW/TKI ini sudah bersedia menerima resikonya. Dan aturan-aturan pemerintah hanya akan membuang-buang biaya untuk birokrasi yang besar. Dan juga menjadikan lahan baru untuk korupsi.
Tahukah anda solusi yang tepat untuk masalah penganiayaan TKW ini? Kirim Kopasus ke Saudi atau Malaysia. Suruh Kopasus melindungi TKW agar tidak dianiaya. Itu hanya sarkasme dari saya saja.
Berita dari Indonesia lagi, katanya mobil-mobil bagus tidak boleh beli BBM bersubsidi. Dipihak lain rumah anggota DPR dipugar. Anggota DPR melakukan studi banding keluar negri. Dan entah apa lagi. Pendek kata semakin sedikit jatah pajak yang kembali ke rakyat pembayar pajak...., rakyat kaya. Kasihan rakyat kaya, dipajaki tetapi tidak memperolehnya kembali.
Untuk subsidi BBM pemerintah masih menariki DMO (Domestic Market Obligation) dari production sharing companies (PSC) yang tujuannya adalah sebagai kewajiban PSC untuk mensubsidi BBM. Uang subsidi dari PSC ini lebih baik disalurkan ke partai dan anggota DPR, menurut mereka. Tetapi untuk saya, lebih baik DMO dihapuskan supaya gaji saya naik supaya saya bisa menggaji lebih banyak supir dan pembantu, atau bayar zakat, sedekah atau bikin rumah sakit.
Tanggal 3 November lalu the Fed mengumumkan Quantitative Easing II (QE II) penggelontoran $600 juta ke dalam ekonomi. Coba tebak. Akibat penggelontoran ini tentunya akan ada inflasi besar-besaran. Itu yang dipikirkan banyak orang ternyata, setelah pengumuman QE II, US dollar rally (Chart-1). Tidak hanya rally, tetapi juga berhasil menembus resistancenya di 80.10 pada dollar indeks. US dollar saat ini berada dalam primary wave 3, yang merupakan rally yang lamanya bisa beberapa bulan dan targetnya paling tidak 90 pada indeks US dollar.
Katanya para calon TKW mau dibekali HP supaya mereka bisa berkomunikasi dan mencari bantuan kalau ada kesulitan. Ide ini mungkin datangnya dari staff presiden yang menganjurkan “blue energy” dan padi “super toy”.
Ini persoalan utama dari rencana pemerintah itu. Pemerintah bisa memberi HP kepada pembantu, tidak hanya 1 tetapi 10 atau 100, tetapi pemerintah tidak bisa mengontrol apa yang akan terjadi dengan HP-HP itu. Mungkin dijual, mungkin dicuri orang, mungkin dibiarkan begitu saja karena TKWnya tidak bisa mengoperasikannya, mungkin dibiarkan begitu saja karena TKWnya tidak punya duit untuk membeli pulsa. Ada sejumlah kemungkinan yang tak terhingga. Seperti halnya bank-bank sentral ketika melakukan QE, stimulus dan sejenisnya. Mereka bisa menggelontorkan liquiditas, tetapi mereka tidak bisa mengontrol kemana larinya. Atau tidak bisa mengontrol untuk bisa lari sama sekali.
Tidak ada yang bisa dilakukan pemerintah untuk TKI/TKW. Para TKW/TKI ini tahu resiko yang akan dihadapi. Berita tentang TKW yang tidak dibayar, disiksa dan entah apa lagi, sudah sering muncul dan sudah menjadi pengetahuan umum. Usaha-usaha untuk mencegah para unmanagable human resource dan low skill human resource ini untuk pergi keluar negri sudah dilakukan pemerintah. Tetapi tekad mereka kuat. Jalan apa saja akan ditempuh, pemalsuan data, masuk secara illegal, pemalsuan passport dan lain-lainnya. Pada saat tekad sudah bulat dan kuat, semua jalan akan ditempuh dan aturan-aturan pemerintah hanyalah macan kertas saja. TKW/TKI ini sudah bersedia menerima resikonya. Dan aturan-aturan pemerintah hanya akan membuang-buang biaya untuk birokrasi yang besar. Dan juga menjadikan lahan baru untuk korupsi.
Tahukah anda solusi yang tepat untuk masalah penganiayaan TKW ini? Kirim Kopasus ke Saudi atau Malaysia. Suruh Kopasus melindungi TKW agar tidak dianiaya. Itu hanya sarkasme dari saya saja.
Berita dari Indonesia lagi, katanya mobil-mobil bagus tidak boleh beli BBM bersubsidi. Dipihak lain rumah anggota DPR dipugar. Anggota DPR melakukan studi banding keluar negri. Dan entah apa lagi. Pendek kata semakin sedikit jatah pajak yang kembali ke rakyat pembayar pajak...., rakyat kaya. Kasihan rakyat kaya, dipajaki tetapi tidak memperolehnya kembali.
Untuk subsidi BBM pemerintah masih menariki DMO (Domestic Market Obligation) dari production sharing companies (PSC) yang tujuannya adalah sebagai kewajiban PSC untuk mensubsidi BBM. Uang subsidi dari PSC ini lebih baik disalurkan ke partai dan anggota DPR, menurut mereka. Tetapi untuk saya, lebih baik DMO dihapuskan supaya gaji saya naik supaya saya bisa menggaji lebih banyak supir dan pembantu, atau bayar zakat, sedekah atau bikin rumah sakit.
Tanggal 3 November lalu the Fed mengumumkan Quantitative Easing II (QE II) penggelontoran $600 juta ke dalam ekonomi. Coba tebak. Akibat penggelontoran ini tentunya akan ada inflasi besar-besaran. Itu yang dipikirkan banyak orang ternyata, setelah pengumuman QE II, US dollar rally (Chart-1). Tidak hanya rally, tetapi juga berhasil menembus resistancenya di 80.10 pada dollar indeks. US dollar saat ini berada dalam primary wave 3, yang merupakan rally yang lamanya bisa beberapa bulan dan targetnya paling tidak 90 pada indeks US dollar.
Chart 1 (Klik chart untuk memperbesar)
Kalau US dollar rally, maka apakah emas dan bahan komoditi akan terkoreksi selama beberapa bulan ini?
Pertanyaan itu kita kesampingkan dulu. Kita kembali pada berita luar negri. Korea Utara menyerang Korea Selatan. Kapal induk Amerika mendekat wilayah Korea dan Cina memperingatkan agar Korea Selatan dan Amerika untuk tidak melanggar wilayah Cina. Krisis dan ketegangan perdamaian dunia. Dalam keadaaan krisis biasanya investor akan lari ke emas. Emas hanya naik sehari, kemudian turun lagi. Apalagi sih yang kurang. Ada QE II ada ketegangan di Korea, ada krisis moneter di Irlandia, katanya sudah ada kesepakatan bahwa akan dilakukan penyelamatan bank-bank Irlandia yang babak belur. Tentunya sifatnya inflationary. Ditambah lagi bahwa di India, Deepali semakin mendekat. Banyak pasangan yang kawin dan membutuhkan banyak emas sebagai salah satu kebutuhan upacara perkawinan mereka. Emas harusnya naik. Ternyata tidak. Apa ada yang salah?
Kata Richard Russel pendiri newsletter Dow Theory, trader kawakan yang umurnya sudah 79 tahunan, mengatakan bahwa emas sudah terbebani dengan para spekulan. Harga emas sudah tidak mencerminkan fundamentalnya lagi. Dan sudah waktunya terkoreksi. Beberapa minggu lalu, indeks DSI dari http://www.trade-futures.com/ menunjukka bahwa trader yang bullish terhadap emas mencapai 97%. Ini juga tanda titik jenuh bullish sudah mencapai puncaknya dan siap untuk koreksi.
Pernyataan Richard Russell mirip dengan kami di EOWI. Di EOWI kami mengatakan, bahwa harga kambing sudah 2,7 gr emas, dan kambing termasuk murah karena harga rata-rata jangka panjangnya adalah 3,8 gr per ekor kambing. Lebih baik beli kambing dari pada beli emas. Itu pendapat kami. Mungkin pendapat para spekulan dan trader sama dengan kami di EOWI. Entahlah.
Secara teknikal harga emas membentuk pola trading Head & Shoulders (Chart-2). Seperti telah dibahas beberapa minggu lalu, emas akan mengalami koreksi yang dalam untuk waktu yang cukup lama. Untuk jangka pendek targetnya 1155 atau resistance primari wave 4. Tentu saja harus dikonfirmasi dulu yaitu jika berhasil menembus neckline nya dulu. Dua atau tiga minggu ke depan akan menarik sekali di pasar emas. Di satu pihak, permintaan di India masih tinggi untuk masa Deepali, di lain pihak, secara teknikal tidak mendukung untuk rally.
Chart 2 (Klik chart untuk memperbesar)
Secara teknikal koreksi emas baru bisa konfirm jika sudah menembus level 1300-1320 (Chart-3). Emas keluar dari ending diagonal, bearish triangle wave V. Itu untuk memastikan wave V selesai. Dan target berikutnya di bawah wave IV atau 680.
Chart 3(Klik chart untuk memperbesar)
Untuk saham, saya mengalami kesulitan dalam membuat hitungan EW nya. Hitungan yang lalu harus dirombak sama sekali. P2 ternyata menjelma menjadi bentuk yang kompleks sehingga hitungan EW nya perlu ditinjau kembali. Menurut hitungan EW sementara indeks S&P akan terkoreksi atau menjalani fase konsolidasi untuk rally wave 5 minor. Tetapi hitungan ini berlawanan dengan implikasi skenario rally dollar dalam primari wave 3. Skenario “all the same market” menjadi tidak berlaku. Oleh kita tunda dulu pembahasan tentang saham sampai setelah ada konfirmasi mengenai struktur EW nya nanti.
Sekian dulu, jaga kesehatan, investasi dan tabungan anda baik-baik.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
3 comments:
Pak Is, kalo emas turun tp usd naik bukankah harga emas dalam rupiah juga naik.... jadi nothing to lose ... sperti savehaven kalo di indo hedging thd ekonomi krisis juga hedging thd usd ... benarkah gitu ?
saya baca sebagai wacana saja..tidak akan terpengaruh untuk ambil posisi karena tulisan ini...
akhir2 ini bung IS banyak salah prediksinya ketimbang benernya
Perang Mata Uang
Jafar M Sidik
Jakarta (ANTARA News) - Cermati "perang mata uang", maka Anda mungkin akan mendapati diri Anda terlalu naif mengklaim apresiasi rupiah sebagai indikator membaiknya perekonomian.
Mengapa begitu? Karena asumsi itu menapikan sisi lain bahwa keseimbangan perdagangan terancam akibat daya saing terpukul oleh rezim-rezim ekspor lain yang berlomba melemahkan kurs mata uangnya.
Saat ini kinerja ekspor Indonesia memang mengesankan. Agustus lalu ekspor naik 9,76 persen, sedangkan inflasi hanya 0,44 persen. Namun di tengah ekonomi global yang saling mempengaruhi tapi sedang dilanda perang kurs, kita memiliki alasan untuk tidak terlena.
Meminjam tesis editor The Weekly Standard, Irwin M. Stelzer, "perang kurs" dipicu oleh Amerika Serikat.
Menghadapi kampanye pemilihan presiden yang dimulai 3 November nanti, Barack Obama membutuhkan jualan politik baru untuk menarik simpati rakyat.
Pemerintahan ini menghadapi pengangguran yang meninggi dan sistem produksi domestik yang mandek. Obama lalu menawarkan program perluasan lapangan kerja dan memicu sektor produksi.
Federal Reserve kemudian mencetak banyak-banyak dolar AS. Akibatnya dolar melemah. Saat bersamaan, syarat masuk produk dan modal impor, khususnya China, diperketat.
Intinya, industri domestik diproteksi agar anteng berproduksi, sementara asing dipaksa berbagi insenfit bunga surat utang yang dipegangnya. Celakanya, formula itu mendorong negara lain meniru AS, demi mempertahankan daya saing.
Jepang mengintervensi pasar uang demi melemahkan yen. Singapura bergerilya lewat instrumen pajak. Brazil menggandakan pajak beli obligasi oleh asing, Thailand menarik 15 persen pajak kepada asing pembeli obligasi nasionalnya, sementara Korea Selatan melarang bank meminjam dalam mata uang asing.
Banyak negara merintih karena produk ekspornya tiba-tiba tak kompetitif lagi. Brazil tak tahan dan mengaum, "Kita berada di tengah perang mata uang. Daya saing kita tercampakkan," kata Menteri Keuangan Brazil Guido Mantega.
Perang kurs memperlihatkan dilema besar dalam sistem keuangan global di mana dolar AS menjadi cadangan mata uang resmi dunia. Dilema itu adalah ketika AS memakai referensi global ini sebagai instrumen domestiknya, maka perekonomian global terancam perang harga besar-besaran.
Hubungan antarnegara pun bisa rusak. Lihat saja Jepang dan China yang bersitegang karena dipicu saling banting harga di pasar ekspor. Jepang juga menyemprot Korea Selatan karena produk-produk ekspornya kalah laku setelah Korea terus melemahkan mata uangnya.
Indonesia bisa saja merintih jika Malaysia dan Singapura mengenakan syarat-syarat lebih ketat terhadap produk dan jasa Indonesia ke sana.
Mungkin saja instrumen pajak terhadap modal masuk diberlakukan pula pada Indonesia. Itu artinya, para pengusaha Indonesia yang memarkir modal di sana tertekan, lalu mengkompensasikan tekanan itu kembali ke Indonesia.
Bisa juga kondisi-kondisi kerja ideal bagi TKI diubah atau berbuat aneh-aneh terhadap produk Indonesia seperti Taiwan terhadap Indomie. Saat itu terjadi, maka hubungan politik pun terganggu.
Inilah tesis yang salah satunya diajukan ekonom China Li Xiangyang, "Jika negara yang mengadopsi kebijakan nilai tukar (ala AS) kian banyak, maka kepentingan antarnegara akan saling bertabrakan."
Post a Comment