___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, July 31, 2011

LEBARAN & PUASA 2011 MENURUT EOWI

Ringkasan Kesimpulan:

Bagi wilayah Indonesia, puasa untuk tahun 2011 akan jatuh pada tanggal 1 Agustus 2011. Pada tanggal 31 Juli 2011 magrib, hilal telah terbentuk di seluruh bagian Indonesia. Berarti tanggal 1 Ramadhan sudah dimulai sejak matahari terbenam tanggal 31 Juli 2011, dan ibadah puasa dimulai pada saat subuh 1 Agustus 2011.

Lebaran menurut EOWI akan jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011. Pada tanggal 29 Agustus magrib, hilal telah terbentuk di seluruh wilayah Indonesia. Ini menandai akhir dari puasa.

Awal puasa ada kemungkinan perbedaan antara penganut Rukyat (mengamati bulan sabit) dan penganut Hisab (perhitungan). Dan untuk lebaran hampir bisa dipastikan akan ada 2 lebaran untuk tahun 2011 ini.


Dalil dan Metodologi:

EOWI menggunakan tuntunan Quran saja dalam menetapkan awal dan akhir puasa.

Al-Baqarah 189:

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji......”


Tidak ada dalil lain yang EOWI gunakan, kecuali software Stellarium untuk menghitung terbentuknya bulan sabit di Jakarta dan di Jayapura. Minimnya asumsi, sejalan dengan prinsip Occam's Razor di dalam dunia ilmu pengetahuan/scientific.

Pemilihan Jakarta dan Jayapura sebagai titik pengamatan adalah sebagai penyaringan kasar. Jika ada perbedaan kesimpulan mengenai awal bulan, maka selanjutnya akan dilakukan “fine-tuning”.


Perbedaan-Perbedaan Metodologi dan Dalilnya.

Ada perbedaan metodologi yang digunakan oleh EOWI dengan Muhammadiyah dan NU. Muhammadiyah dan Persis menggunakan methode hisab (perhitungan), akan tetapi kedua organisasi Islam ini juga menggunakan prinsip kesatuan wilayah hukum. Artinya, dalam satu wilayah hukum republik Indonesia, hanya ada 1 lebaran dan 1 awal puasa. Muhammadiyah akan mengatakan awal/akhir puasa, jika telah ada perwujudan hilal dimana saja di wilayah RI. Sedang Persis akan menetapkan awal/akhir puasa jika perwijudan hilal telah ada di seluruh wilayah RI.

Karena EOWI tidak menganut prinsip kesatuan wilayah hukum, maka awal/akhir puasa adalah unik bagi setiap wilayah di muka bumi ini.

Prinsip kesatuan wilayah hukum ini adalah mengada-ada. Jika prinsip ini digunakan untuk waktu sholat, maka Bali, Irian, Jakarta, Aceh akan punya waktu sholat yang sama. Hal ini menjadi absurd. Tidak ada dasar yang kuat untuk mengadopsi prinsip ini, dan bisa disebut bidah. Oleh sebab itu EOWI tidak menggunakannya.

NU dan beberapa organisasi Islam menggunakan metode Rukyat, yaitu melihat hilal secara langsung. Dasar dari adopsi metode ini adalah hadith an-Nasai dari Abdullah ibn Umar yang mengatakan:

“Bulan ada yang 29 hari dan 30 hari. Jika kamu melihat hilal (bulan sabit) maka berpuasalah dan kalau kamu melihat hilal, ber-Iedul Fitrilah. Jika terhalang awan, maka genapkanlah bilangannya menjadi 30 hari”


Metode ini memang terbaik dimasanya. Tetapi Allah telah memberi petunjuk yang lebih jauh mengenai metode penentuan hilal.

Banyak dari ayat Quran yang menjelaskan adanya keteraturan mengenai peredaran benda-benda angkasa (bulan, matahari, planet dan bintang) seperti dalam al-Anbiyaa ayat 33 ini:

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”


Jadi kalau garis edarnya sudah tetap, maka seharusnya bisa diperkirakan/diprediksi. Pada jaman nabi Muhammad s.a.w., Allah belum memberikan kemampuan untuk menentukan hilal, oleh sebab itu nabi menggunakan cara yang tidak akurat. Akurasinya 1 hari seperti dinyatakan oleh hadith Ibnu Umar, yang bisa dikatakan metodeyang tidak akurat.

Disamping itu, pernyataan “melihat hilal” berarti acuannya adalah “hilal-nampak”. Dan “hilal-nampak” adalah “hilal-relatif”. Maksudnya relatif terhadap cuaca, relatif terhadap alat. Hasil pengamatan hilal bisa berbeda jika menggunakan teropong yang kuat dengan hanya menggunakan mata telanjang.

EWOI tidak menggunakan “hilal-relatif”, melainkan “hilal absolut” yang tidak bergantung pada alat yang digunakan. Hasil perhitungan dengan komputer laptop, desktop, super-computer atau kalkulator tidak banyak berbeda dan tidak akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

EOWI tidak menggunakan hadith Ibnu Umar ini, didukung oleh ayat Quran al Qiyaamah berikut ini:

[75:16] Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.


[75:17] Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah susunannya dan cara membacanya.


[75:18] Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.


[75:19] Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.


Ayat-ayat Quran ini pada dasarnya mengatakan agar manusia bersabar dan tidak terburu-buru dalam mengerti Quran (Q75: 16). Karena penjelasannya pun menjadi tanggung jawab Allah. Dan kapan Allah hendak menurunkan penjelasannya kepada manusia, adalah menjadi keputusan Allah itu sendiri, tidak didikte orang, termasuk nabi.

Pada jaman nabi, penjelasan mengenai hilal masih sebatas pandangan mata. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, Allah menurunkan ilmu kepada ahlinya untuk bisa menjelaskan mengenai hilal dan peredaran benda-benda angkasa/samawa (al-Anbiyaa 33 dan Al-Baqarah 189). Allah menurunkan penjelasan mengenai kedua ayat ini kepada para ahli di era modern dari pada kepada nabi Muhammad. Itulah makna dari ayat al Qiyaamah 19. Itu yang menjadi alasan kenapa EOWI menggunakan metode hisab, bukan rukyat.


Hasil Perhitungan –Awal Puasa

Pada tanggal 31 Juli 2011, bulan sabit (hilal) sudah terbentuk di seluruh wilayah Indonesia pada saat magrib tempatan (di lokasi setempat), bahkan di Jayapura pun sudah terbentuk. Hilal ini menandai dimulainya 1 Ramadhan. Sehingga sahur/mulai puasa pertama adalah pada tanggal 1 Agustus subuh.

Untuk Jakarta hilal sudah mempunyai ketinggian di atas 7º relatif terhadap matahari. Secara teoritis hilal sudah bisa dilihat (lihat gambar di bawah ini).


Posisi Hilal tanggal 31 Juli 2011 untuk lokasi Jakarta di saat magrib.


Akan tetapi untuk Jayapura, posisi hilal pada tanggal 31 Juli 2011 saat magrib kurang dari 6 derajad di atas matahari. Secara teoritis, hilal tidak akan nampak. Oleh sebab itu untuk Jayapura, para pengamat hilal akan kecewa. Dan hilal baru bisa dilihat dari Jayapura keesokan harinya (lihat gambar di bawah ini). Cacatan: Hilal secara teoritis baru bisa dilihat kalau sudah punya ketinggian minimal 6º. Di bawah posisi ini, sinar matahari akan menyilaukan pandangan sehingga hilal tidak nampak.

Misalnya rukyat di tempat-tempat lain terhalang awan dan hanya di Jayapura saja yang mempunyai langit yang cerah di saat magrib, maka bisa dipastikan awal puasa versi NU dan kaum Rukyat adalah tanggal 2 Agustus.

Kesimpulannya:

  • Muhammadiyah, Persis dan penganut metode hisab akan mulai puasa tanggal 1 Agustus 2011.
  • NU dan penganut metode rukyat punya peluang memulai puasanya tanggal 2 Agustus 2011.
  • EOWI akan memulai puasa tanggal 1 Agustus 2011.

Posisi Hilal tanggal 31 Juli 2011 untuk lokasi Jayapura di saat magrib.


Hal inilah yang menyebabkan potensi perbedaan penetapan 1 Ramadhan antara kaum Rukyat dan kaum Hisab.


Hasil Perhitungan –Akhir Puasa

Menurut perhitungan EOWI, Ramadhan berakhir pada tanggal 29 Agusttus 2011. Dari Jakarta, pada saat magrib tanggal 29 Agustus 2011, hilal sudah terbentuk dan posisinya sekitar 2º di atas matahari. Tentu saja hilal tidak akan nampak.


Posisi Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk lokasi Jakarta di saat magrib, menandai 1 Syawal


Di Jayapura, hilal sudah wujud (terbentuk) pada tanggal 29 Agustus 2011. Dan dibandingkan dengan Jakarta posisi hilal lebih rendah lagi di saat magrib, yaitu kurang dari 0.5º di atas matahari.


Posisi Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk lokasi Jayapura di saat magrib, menandai 1 Syawal


Bisa dipastikan, untuk tahun 2011 umat Islam akan merayakan 2 lebaran yang berbeda harinya. Horeeeeeeee........


Jadi kesimpulannya:

  • Muhammadiyah, Persis dan penganut metode hisab akan berlebaran puasa tanggal 30 Agustus 2011.
  • NU dan penganut metode rukyat akan berlebaran pada tanggal 31 Agustus 2011.
  • EOWI akan berlebaran tanggal 30 Agustus 2011.


Selamat berpuasa bagi yang mau dan berniat puasa. (Eeh, tidak semua orang yang mengaku Islam mau puasa lho.....).


Jakarta 30 Juli 2011.




Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Friday, July 29, 2011

Ekonomi Dunia yang Melambat (2)

EROPA: PERSOALAN HUTANG PIIGS MASIH MEMBELIT & HUTANG YUNANI GAGAL BAYAR
Perkembangan dari Yunani tidak banyak yang baru. Investor menduga bahwa hutang pemerintah Yunani akan gagal bayar. Capital flight menghantam Yunani bulan Mei 2011 lalu. Depositor menarik sekitar 2 milyar Euro dari bank, karena takut Yunani bankrut dan akan membekukan tabungan pensiun mereka, seperti yang terjadi di Argentina satu dekade lalu. Uangnya mereka simpan di bawah bantai yang tidak ada bunganya. Mereka berpikir lebih baik tidak memperoleh bunga dari pada kehilangan semuanya atau dibekukan.

Ketakutan akan adanya rush (bank run) sudah ada dibulan Mei lalu diberitakan Reuter: ECB's Stark: Restructuring would cause Greek bank run





May 25 (Reuters) - Greek banks would face heavy losses of deposits if the country were to restructure its public debt, European Central Bank Executive Board member Juergen Stark said on Wednesday.

Speaking at an event organised by German Christian Democrats, Stark, who oversees the ECB's economics division, said Greece must reach a primary surplus --where tax and other revenues outsize outgoings-- and that cutting debt by a restructuring would not solve the underlying problems.

"That (restructuring) would not be cheap. We should think a step ahead," Stark said.

He also said that while the financial crisis was not so evident in Germany anymore, it remained too early to call it over.




Apa yang dikatakan Stark bahwa Yunani harus bisa membuat budgetnya surplus, mungkin hanya mimpi. Karena ekonomi Yunani sudah lama buruk: tidak ada sumber daya alam, tidak ada manufakturing, dan hanya mengandalkan turisme. Disamping itu 40% dari GDP adalah dari sektor pemerintah, suatu sektor yang rawan dengan ke-tidak-effisienan. Mungkin Yunani harus belajar dari Belgia – “hidup tanpa pemerintahan”. Belgia sudah setahun ini tidak punya pemerintahan. Negaranya aman-aman saja. Tidak ada al-Qaeda seperti di Pakistan, tidak ada Kristen fundamentalis seperti yang melakukan pembunuhan massal di Oslo, Norwegia di bulan Juli 2011 ini.

Jerman menyadari ketidak mampuan Yunani untuk membayar hutang ini sejak lama, sehingga mereka enggan membantu Yunani. Bantuan kepada Yunani, bak melemparkan sesuatu ke dalam black-hole. Tidak akan pernah kembali lagi. Dari kubu Merkel sudah mengisyaratkan untuk haircut dan menyelesaikan hutang Yunani secara cepat seperti yang diberitakan oleh Reuter. Jerman bukan hendak berbaik hati. Mumpung masih bisa ada yang kembali. Sebab kalau ditunda-tunda resiko tidak ada yang kembali semakin besar.

Top Merkel advisor: Greek debt haircut may be needed- paper



May 28 (Reuters) - The head of Germany's economic advisors said on Saturday a Greek debt restructuring may be necessary and, if so, he would favour a haircut -- or valuation discount -- on Greek bonds.

"Possibly, a debt restructuring would be necessary and in this case I am in favour of a haircut," the chairman of the 5-member panel of 'wise men' advising the German government told the Greek Real newspaper. "I am fully aware of the cost of such a measure."

Wolfgang Franz said it was unacceptable for taxpayers to bear the risks associated with Greek debt while bondholders enjoyed high interest.

Ini baru Yunani. Yang lain seperti Spanyol, Irlandia dan Itali masih menunggu. Terkadang ada berita bagus, misalnya Yunani akan ditolong. Untuk sementara investor bisa bersorak gembira, karena Yunani akan ditolong lagi untuk yang kesekian kalinya, Euro menguat, bursa saham menguat. Pertanyaannya, kalau Yunani sudah ditolong untuk kesekian kalinya, apakan harus terus menerus ditolong? Apakah pertolongan itu ada gunanya?

Merkel kelihatannya pintar, pembayar pajak Jerman mungkin tidak akan parah terperosok ke dalam bail-out Yunani. Dia tetap ngotot untuk menolak bail out.

Tidak hanya Merkel yang tidak percaya, pasar bond juga tidak percaya. Tidak hanya kepada Yunani, tetapi juga kepada Portugal dan Irlandia. Suku bunga surat hutang pemerintah negara-negara ini melonjak tinggi. Suku bunga bond 2 tahun pemerintah Yunani melonjak ke kisaran 38%, untuk Portugal 20%, dan Irlandia 23%. Investor meminta bunga yang lebih tinggi untu mengimbangi resiko yang ditanggungnya.

Ketidak percayaan Jerman juga terefleksi tindakan dari Deutsche Bank – Bank Sentral Jerman melepas 70% surat-surat hutang Yunani, Itali, Portugal, Irlandia dan Spanyol selama semester awal 2011. Tidak terlalu mengherankan suku bunga hutang-hutang pemerintah ini mengalami kenaikan.
















Beberapa minggu terakhir ini pemimpin-pemimpin Eropa rapat, sibuk, untuk menolong Yunani.

Setelah berlama-lama, akhirnya ada juga berita yang judulnya berani mengatakan secara resmi bahwa hutang Yunani gagal bayar: Fitch calls default, Greece pledges no let-up on debt. Badan penilai hutang (credit rating) Fitch berani mengatakan bahwa hutang Yunani gagal bayar.


ATHENS/LONDON Fri Jul 22, 2011 1:51pm EDT

ATHENS/LONDON
(Reuters) - Fitch ratings agency declared Greece would be in temporary default as the result of a second bailout, which Athens said had bought it breathing space.

But the agency pledged to give Greece a higher, "low speculative grade" after its bonds had been exchanged and said Athens now had some hope of tackling its debt mountain, which most economists still expect to force a deeper restructuring in the future.

An emergency summit of leaders of the 17-nation currency area agreed a second rescue package on Thursday with an extra 109 billion euros ($157 billion) of government money, plus a contribution by private sector bondholders estimated to total as much as 50 billion euros by mid-2014.

Under the bailout of Greece, which supplements a 110 billion euro rescue plan by the European Union and the International Monetary Fund in May last year, banks and insurers will voluntarily swap their Greek bonds for longer maturities at lower rates.

"Fitch considers the nature of private sector involvement... to constitute a restricted default event," said David Riley, Head of Sovereign Ratings at Fitch.

Yang menarik adalah dana bantuan kedua sebesar € 109 milyar ini bagaikan gunung Himalaya jika dibandingkan dengan kapital dari bank sentral Yunani yang hanya sebesar €111,243,361. Itu baru dana bantuan yang kedua. Harus juga diperhitungkan dana bantuan yang pertama. Data besarnya kapital bank sentral Yunani ini bisa dilihat di website nya (http://www.bankofgreece.gr/Pages/en/Bank/shareholders.aspx) . Saya tidak tahu apa artinya ini semua. Silahkan terjemahkan sendiri.

Yunani, Portugis, Italy, Spanyol, Irlandia sudah lama hidup di luar kemampuannya. Selama ini dipasok dari hutang. Dan hutang ada batasnya. Di atas itu, adalah daerah di luar kemampuan untuk membayar dan debitur memasuki ranah seperti yang digambarkan oleh kata-kata mutiara di Perjanjian Lama, debitur menjadi budak kreditur:



Orang kaya memerintah orang miskin; yang berhutang menjadi budak dari
krediturnya
(Perjanjian Lama, Proverb 22:7)

Pada posisi seperti sekarang ini, bagi Yunani, teori Keynesian mengenai stimulus hutang, tidak bisa berlaku lagi. Hutang bagaikan narkotik. Dosis yang diperlukan semakin meningkat untuk menghindari sakaw, kecanduan. Memberi tambahan hutang baru untuk mengatasi problem krisis kredit, sama saja dengan memberi narkotik untuk menyelesaikan masalah sakaw, kecanduan. Dosisnya semakin tinggi akhirnya mencapai dosis yang mematikan......... Penyelesaian yang rasionil adalah dengan tidak memberikan hutang/narkotik baru. Biarkanlah dia menderita ketagihan....., untuk beberapa saat.





Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Monday, July 25, 2011

(No.39) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21




(Terbit, insya Allah setiap hari Minggu atau Senen)




Sumber data Indeks Harga Konsumen bisa diperoleh dari BI (Bank Indonesia). Datanya perlu dipoles, karena BI setiap periode harus dilakukan indexing ulang agar nilai nominal IHK tidak tinggi. Ada periode dimana harga tahu 1966 dijadikan patokan IHK, IHK(1966) = 100. Ada data dengan IHK(2002) = 100. Untuk itu perlu diseragamkan terlebih dahulu.

Grafik VI - 2 menunjukkan perbandingan antara IHK dengan emas (tahun 1971 = 100). Emas digunakan sebagai pembanding karena emas adalah uang sejati dan juga karena emas mempunyai harga yang ditentukan oleh pasar, bukan orang yang mengaku punya kepandaian di bidang statistik.


Grafik VI - 2 Inflasi versi BPS (Indeks Harga Konsumen) vs Inflasi versi uang sejati (emas)


Untuk memperoleh perbandingan yang adil, harga emas juga dinormalisasi ke harga emas tahun 1971, yang disebut saja sebagai indeks emas. Harga emas pada grafik ini sudah standarisasi (dengan cara membagi) dengan harga emas tahun 1971, dan dikalikan dengan 100 untuk memperoleh indeks emas (1971) = 100. Pemilihan tahun 1971 sebagai patokan, karena harga harga emas sudah dilepas dari keterikatannya dengan dollar Amerika Serikat. Artinya, kita tidak pembandingkan yang dipengaruhi oleh dua periode kondisi moneter yang berbeda. Dan untuk data-data moneter Indonesia diharapkan sejak tahun itu dampak pergolakan politik di awal sudah mereda dan datanya bisa lebih akurat.

Indeks emas naik dari 100 di tahun 1966 ke 800.000 di tahun 2010 atau 8.000 kali dalam kurun waktu 44 tahun. Sedangkan Indeks Harga Konsumen hanya naik dari 100 di tahun 1966 ke 20.000 di tahun 2010, atau naik 2000 kali. Nampak antara indeks emas dan IHK versi BPS tidak berjalan seiring. Dan perbedaan ini semakin lama semakin melebar.

Emas bukan satu-satunya pembanding. Kalau mau, IHK – inflasi versi pemerintah (BI dan BPS) dibandingkan dengan harga kambing, kalau sekiranya datanya ada. Kalau ada yang berharap bahwa dengan tolok ukur kambing bisa membuat IHK sahih, maka dia akan kecewa. Karena harga kambing sejak nabi Muhammad sampai sekarang harganya sekitar 1 dinar atau 3,89 gr emas murni. Antara emas dan harga kambing tidak beranjak banyak selama 15 abad. Keduanya tidak mengalami banyak perubahan selama 15 abad.

Diskusi tentang definisi inflasi bisa panjang sekali. Politikus dan ekonom pemerintah yang biasanya bermazhab ekonomi moneter Keyenesian akan berusaha menghindar dari definisi inflasi selain IHK dengan berbagai dalih. Di pihak lain mazhab ekonomi Austria mendefinisikan inflasi secara umum adalah pertambahan uang di dalam ekonomi. Perdebatan inipun masih bisa panjang, karena masih ada pertanyaan lagi, uang yang mana yang digunakan. Apakah Monetary Base, M1, M2 atau M3 yang termasuk kredit. Perdebatan itu hanya untuk mereka yang sedang mencari gelar PhD – doktor. Orang seperti ini suka debat dan memutar otak sampai mendekati ambang kerusakan. Jangan heran kalau singkatan PhD bisa diplesetkan menjadi Permanently head Damage (kepala rusak permanen). Buku ini tidak dimaksudkan untuk membuat pembacanya mengalami kerusakan otak. Jadi diskusi kita batasi pada konteks yang sederhana, sarkas dan menghibur.

Walaupun tujuan buku ini sebagai hiburan, tidak berarti semua prinsip-prinsip logika diabaikan. Untuk menguji kesahihan inflasi versi pemerintah, maka diambil M2 dan indeks emas untuk dibandingkan. Sebenarnya M3 secara logika adalah tolok ukur yang lebih baik dibandingkan dengan M2, karena komponen-komponen lain dari M3 yang tidak ada di M2, seperti kredit, bisa mempengaruhi dinamika harga barang. Sayangnya untuk rupiah, data M3 tidak tersedia. BI tidak mempublikasi data M3. Pemilihan M2 sebagai pembanding semata-mata sebagai kompromi antara akurasi dan kepraktisan.

Grafik VI - 3 memperlihatkan ketiga indeks, Indeks Harga Konsumen (IHK), indeks emas dan indeks M2. Semuanya di level 100 pada tahun 1971. IHK secara konsisten selalu di bawah indeks emas dan M2. Pertanyaannya, harga barang apa sajakah yang tidak lebih penting dari emas dan kurang dipengaruhi oleh pasokan uang yang beredar.


Grafik VI - 3 Inflasi Emas (harga emas), inflasi M2 dan Indeks Harga Konsumen


Emas adalah barang yang tidak penting dibandingkan baju, beras, ayam, ikan, minyak goreng bawang atau merica. Emas juga tidak memberikan bunga (interest) atau dividen. Disamping itu juga emas tidak bisa dimakan. Orang membeli emas setelah kebutuhan primernya terpenuhi. Kalau indeks harga konsumen mencerminkan harga barang-barang konsumen yang pokok maka seharusnya perubahan volume uang yang beredar akan mempunyai pengaruh yang sebanding ke harga barang-barang konsumen. Kenapa harga emas selalu naik lebih cepat dari IHK. Indeks macam apakah IHK ini?

Harga emas memang tidak mengikuti sepenuhnya pertumbuhan M2. Akan tetapi, dinamika ini bisa diterangkan dengan melihat data tentang emas. Antara tahun 1971 – 1980, ada mania di sektor emas, perak dan barang komoditi. Harga emas mengalami bubble yang pecah pada tanggal 21 Januari 1980 dengan harga penutupan perdagangan tertinggi di bursa London $ 850/oz. Setelah itu harga emas turun karena selain bubblenya pecah, emas juga mengalami perubahan fungsi. Bank-bank sentral di dunia menghapuskan sistem pseudo emas ke sistem fiat murni. Mereka melepaskan ikatan mata uang mereka dengan emas dan cadangan emas mereka keluar dari brankas-brankas mereka untuk dijual atau dipinjamkan kepada spekulator. Selama 20 tahun dari 1980 sampai 2000 harga emas mengalami tekanan. Ini bisa menerangkan kenapa indeks emas naik lebih cepat dari M2 di tahun 1971 – 1980 pada saat bubble emas. Kemudian kenaikkannya melambat sehingga tahun 1989 bisa tersusul. Sejak tahun 2000, orang kembali menyadari pentingnya emas sebagai asset lindung nilai dan mulai menjadikan emas sebagai tabungan. Dinar emas mulai diperkenalkan di 57 negara-negara Islam, Koin-koin emas, seperti kijang mas (Malaysia), gold eagle (Amerika Serikat), gold panda (Cina), maple leave (Canada) dan emas batangan pencetakannya meningkat. Belum lagi sertifikat emas juga mulai populer. Dan sejak tahun 2000, perbedaan antara indeks emas dan M2 mulai menyempit. Tahun 2010, permintaan emas dunia untuk investasi lindung nilai melampaui permintaan untuk perhiasan. Emas mulai kembali kepada fungsi asalnya, yaitu sebagai uang sejati.

Bagi indeks harga konsumen yang kenaikannya selalu lebih rendah dari M2, sulit dijelaskan. Kesulitan juga muncul kalau mau menjelaskan dengan argumen bahwa dengan tumbuhnya GDP maka jumlah barang juga meningkat, sehingga uang yang baru akan mengejar barang yang secara kwantitas naik. Argumen ini tidak sahih. Sebabnya, untuk memenuhi kondisi seperti itu, seharusnya pertumbuhan GDP lebih tinggi dari pertumbuhan M2. Kenyataannya pertumbuhan GDP tidak pernah lebih tinggi dari pertumbuhan M2. Kalau begitu, IHK mencerminkan apa? Mungkin BPS juga tidak tahu, karena mereka sudah kehilangan jejak atas apa-apa yang mereka telah lakukan.

Mungkin IHK bukan singkatan dari Indeks Harga Konsumen, tetapi Impian Hasil Kreatifitas Biro Pusat Statistik, BPS. Hipotesa ini sangat beralasan, mengingat secara undang-undang salah satu tugas Bank Indonesia (dan juga bank sentral lainnya) adalah mengontrol inflasi. Rupanya para birokrat ini punya cara yang kreatif, kalau tidak bisa mengontrol inflasi, kenapa tidak merubah tolok ukurnya saja? Ide yang cerdik bukan?

Di Amerika Serikat BLS (Bureau of Labor Statistic – Biro Pusat Statistiknya Amerika Serikat) berkali-kali merubah cara perhitungan indeks harga konsumennya mereka (CPI – Consumer Price Index) untuk memperoleh angka yang memuaskan. CPI yang mula-mula diperkenalkan tahun 1913, saat ini telah mengalami perubahan di tahun 1940, 1953, 1964, .....dan yang terakhir dimasa presiden Bill Clinton tahun 1999. Sekedar untuk pengetahuan saja, harga telepon selluler, komputer tidak dimasukkan ke dalam CPI tanpa dimasak terlebih dahulu. Telepon selluler dan komputer ditaksir kecanggihannya, kemudian diberi faktor pengali, dan baru dimasukkan ke dalam kuali CPI. Demikian juga dengan harga rumah. Disetarakan dulu dengan sewa rumah sebelum dicemplungkan ke kuali CPI. Kalau anda bertanya bagaimana caranya menaksir kecanggihan suatu barang atau bagaimana mensetarakan harga rumah dengan harga sewa, maka jawabannya ialah.....tergantung juru masaknya dan buku masaknya. Itulah yang saya mengerti. Pengertian saya bisa salah.



Memindahkan Kekayaan Riil dari Penabung ke Penghutang

Sulit untuk menyalahkan pembaca, jika mereka menjadi marah kepada Suharto, Gus Dur dan Megawati setelah membaca bagian berikut dari buku ini. Sulit juga untuk menyalahkan pembaca, kalau mereka akan menuntut Suharto dan presiden-presiden yang terlibat dalam penyelamatan krismon 1997-1998 di pengadilan akhirat nanti, meminta pertanggungan jawaban atas perampokan tabungan mereka yang disalurkan untuk menutup sebagian hutang-hutang konglomerat kroni di masa itu.

Salah satu akibat dari inflasi adalah turunnya nilai riil uang. Selanjutnya, ada dua konsekwensi yang ditanggung masyarakat. Pertama nilai riil tabungan turun dan yang ke dua nilai riil hutang juga turun. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan inflasi, ada pihak yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan. Yang pasti diuntungkan adalah penghutang alias debitur karena nilai riil hutangnya turun. Sedangkan penabung adalah pihak yang dirugikan karena nilai riil tabungannya turun. Penabung bak harus menanggung hutang debitur yang tidak dikenalnya sekalipun tidak tahu menahu sama sekali atas transaksi hutang-piutang antara kreditur dan debitur. Dan kreditur, pemberi hutang, dikurangi kerugiannya, yaitu terbayarnya piutangnya. Ketidak adilannya terletak pada pembebanan sebagian kerugian transaksi hutang-piutang antara kreditur dengan debitur kepada penabung. Kesalahan kreditur yang tidak melakukan evaluasi atas kemampuan membayar mitra bisnisnya yang berakibat gagal bayar, dibebankan kepada penabung. Sangat tidak adil.

Untuk menjelaskan paragraf di atas, kita lihat kembali krisis moneter 1997-1998. Dimasa sebelumnya banyak konglomerat mengalami kesulitan menservice hutangnya karena krisis kepercayaan. Yang bermasalah tidak hanya konglomerat tetapi juga bank-bank yang menjadi krediturnya. Untuk mengatasi hal ini pemerintah memberikan bantuan kucuran dana (baca glontoran likwiditas), BLBI – Bantuan Likwiditas Bank Indonesia, sebesar sekitar Rp 144,54 trilliun dan kemudian dilanjutkan sampai tahun 2004 dengan rekapitalisasi bank-bank bermasalah. Jumlah peredaran uang M1 naik dari Rp 65 trilliun pada bulan Mei 1997 ke Rp 109,5 trilliun pada bulan Juni 1998, hampir dua kali lipat dalam kurun waktu 13 bulan (lihat Grafik VI - 4).


Grafik VI - 4 Pasokan dan pertumbuhan uang kartal dan uang giral rupiah semasa krisis moneter 1997-1998


Pembaca yang jeli mungkin akan bertanya, kucuran BLBI selama krisis moneter di Indonesia 1997 – 1998 adalah Rp 144,54 trilliun, kenapa M1 hanya naik Rp 44,5 trilliun. Pertambahan M2 dari dari Rp 303,67 trilliun pada bulan Mei 1997 ke Rp 565,79, kemudian mungkin bisa menjelaskan bahwa sebagian besar dari pengucuran BLBI masuk ke dalam kategori rekening tabungan dan deposito. Dan pengucuran dana untuk menanggulangi krisis moneter bukan itu saja, masih ada lagi sebagian dan diperkirakan tidak masuk ke dalam M2, yaitu dana obligasi rekapitalisasi bank sebesar Rp 422,6 trilliun Ini tentunya sebagian masuk ke M3. Catatan: biaya total untuk krisis moneter 1997-1998 adalah Rp 640,9 trilliun yang dikucurkan sampai tahun 2004.

Kalau nilai riil rupiah hilang sebanyak 80%, kemanakah larinya? Menurut ceritanya sebagian besar (95,8%) dari Rp 144,54 trilliun dana BLBI diselewengkan dan pelaku-pelakunya (pemilik bank) sebagian ditangkap dan diadili. Sebagian lagi berhasil melarikan diri. Tetapi, menurut berita yang diselewengkan hanya Rp 138,5 trilliun. Apakah jumlah sebesar itu bisa membuat nilai rupiah lenyap 80%nya?

Seharusnya tanpa penyelewengan dana BLBI pun, sebenarnya rupiah akan anjlok juga. Nilai yang diselewengkan hanya Rp 138.5 trilliun, itupun tidak kemana-mana dan masih beredar di dalam ekonomi. Jumlah yang selewengkan ini kecil dibandingkan dengan dana kucuran total yang berjumlah Rp 640,9 trilliun. Ketika likwiditas sebesar ini dikucurkan, otomatis nilai riil rupiah turun dengan bertambahnya jumlah uang sebesar ini (Rp 640,9 trilliun) di dalam ekonomi. Pada saat turunnya nilai rupiah itulah nilai riil hutang juga ikut terpangkas bersama nilai riil tabungan dan gaji pegawai. Jadi yang diuntungkan adalah para penghutang. Hutangnya direstrukturisasi, pembayaran hutangnya dijadwal ulang, bunganya mungkin dibekukan dan nilai riil hutangnya jauh berkurang dan dengan perjalanan waktu nilai riil itu terus berkurang. Dengan adanya pengikisan nilai riil mata uang pembayaran hutang bagi debitur menjadi lebih ringan. Yang sengsara adalah orang yang punya tabungan untuk pensiun. Nilainya amblas. Tanpa adanya penyelewenganpun, setiap usaha penyelamatan perusahaan atau bank oleh di masa krisis moneter, adalah identik dengan tindakan memacu inflasi yang merugikan penabung dan pekerja.

Penabung dan pekerja sangat dirugikan. Bagi penabung dan pekerja yang tidak tahu apa terjadi mungkin hanya marah atau kecewa. Tetapi bagi yang tahu, tentunya akan marah sekali kepada pemerintah. Tindakan pemerintah yang seperti ini mengingatkan kita pada kata-kata mutiara di Perjanjian Lama:

Orang kaya memerintah orang miskin; yang berhutang menjadi budak dari krediturnya (Perjanjian Lama, Proverb 22:7)

Ini adalah prinsip keadilan. Orang kaya mempekerjakan yang miskin dan orang yang berhutang harus membayar hutangnya. Dan kalau tidak mampu dia harus bekerja kepada pemberi hutang sampai hutangnya lunas. Di dalam sistem kapitalis kroni (kapitalis semu), konglomerat yang berhutang banyak mempekerjakan pegawai yang punya tabungan. Dan hutang konglomerat (debitur) dibayar oleh tabungan para pekerja. Itulah sistem demokrasi kapitalis kroni. Bagi konglomerat yang dekat dengan politikus, hidupnya enak. Dengan manipulasi kekuasaan yang dimiliki konco-konconya di pemerintahan, hidup mewahnya dibayar dari hutangnya, kemudian hutangnya dibayari oleh penabung dan pekerja, dan masih bisa menjadi boss bagi pekerja yang ikut membayari hutangnya. Dengan kekuasaan, tipu muslihat dan pengelabuhan, kata-kata bijak dari Perjanjian Lama dibalikkan.

Politikus dan rakyat Indonesia punya daya ingat yang sangat pendek, walaupun belum bisa dikategorikan sebagai penderita Alzheimer. Sejarah berulang, tahun 2009 kembali terjadi penyelamatan bank Century. Walaupun skala yang jauh lebih kecil, yaitu hanya Rp 6,7 trilliun, seharusnya menjadi peringatan dan pelajaran bagi penabung bahwa pemerintah akan melakukan ketidak-bijaksanaan yang sama, akan mengulangnya lagi dan mengulangnya lagi, yaitu melakukan pengenceran (debasement) mata uang setiap kali ada peluang. Bagi politikus dan pemerintah, perbuatan mencetak uang sangat menggoda seperti pecandu narkotik melihat heroin di depan matanya. Bak pecandu narkotik, walaupun berjanji menghentikan kebiasaan buruknya, ketika barang itu tersedia di depan matanya, besar kemungkinan, janjinya untuk meninggalkan perbuatan yang buruk, akan dilanggar. Baik itu secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Baginya istilah buruk tidak ada. Oleh sebab itu senantiasa berhati-hatilah, sebab krisis moneter di masa depan selalu ada. Bagi politikus, melakukan debasement mata uang, menghancurkan tabungan anda bukanlah hal yang buruk. Tidak ada seorangpun di bank sentral merasa berdosa ketika langkah-langkah penyelamatan krisis moneter 1997-1998 membuat 80% nilai riil tabungan masyarakat menguap. Politikus tidak bisa membedakan lagi antara penyelamatan dan penyembelihan korban. Orang yang melakukan blunder di dalam bisnis, hutangnya besar sehingga tidak bisa membayarnya, ditolong dengan menyembelih orang yang di dalam hidupnya berhati-hati, menabung untuk hari tuanya. Dan ini dilakukannya tanpa ada rasa dosa. Pada makhuk yang bernama politikus birokrat, syaraf perasa dosa sudah mengalami kerusakan.


(Bersambung.........)


Disclaimer:

Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Wednesday, July 20, 2011

Hanya Lelucon Saja: Toilet Paper Dollar, Yen dan Euro

Sekedar jokes.........,







Ada yang mau beli toilet paper seperti ini? Kalau ada yang mencetaknya mungkin akan laris.





































Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Monday, July 18, 2011

(No.38) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21




(Terbit, insya Allah setiap hari Minggu atau Senen)



Inflasi: Antara Mitos dan Kenyataan

“If you tell a lie big enough and keep repeating it, people will eventually come to believe it. The lie can be maintained only for such time as the State can shield the people from the political, economic and/or military consequences of the lie. It thus becomes vitally important for the State to use all of its powers to repress dissent, for the truth is the mortal enemy of the lie, and thus by extension, the truth is the greatest enemy of the State.” (Joseph Goebbels)

Saya menyukai ucapan Goebbels – menteri propaganda Jerman Nazi, yang pernah disitir pada bab sebelumnya. Pembaca cukup pandai dan saya tidak akan menghina intelektualitas dan daya ingat anda dengan menterjemahkan kembali sitiran di atas (lihat Prolog untuk terjemahannya). Dalam kasus ekonomi dan keuangan, essensi kutipan di atas akan menjadi jelas diuraikan pada bagaian ini. Pengelabuhan atas penguasaan pencetakan uang, penciptaan mitos, kebohongan dan dikatakan secara terus menerus, akan membuat orang percaya.

Mitos: Inflasi adalah kenaikan harga-harga.

Yang benar: Inflasi adalah laju pertumbuhan volume uang yang beredar di dalam ekonomi. Bank sentral/otoritas keuangan mencetak uang sehingga jumlahnya di dalam ekonomi meningkat, akibatnya nilai uang turun dan harga-harga naik.

Jadi inflasi adalah perbuatan manusia yang disengaja berkaitan dengan jumlah uang yang beredar, bukan gejala ekonomi akibat permintaan dan penawaran barang/jasa.

Inflasi = Pajak Tabungan dan Pajak Ekonomi Bawah-Tanah

Jika orang ditanya: apakah inflasi itu? Mereka akan memilih jawaban yang mitos. Karena itulah yang mereka sering dengar. Pengertian inflasi yang beredar di masyarakat adalah yang mitos bukan pengertian yang sebenarnya. Penguasa tidak ingin kebenaran mitos ini terungkap karena kebenaran adalah musuh terbesar dari pemerintah (Goebbels). Apa jadinya kalau semua rakyat tahu bahwa uang milik mereka dibuat turun nilainya oleh pemerintah secara terus menerus melalui penerbitan uang-uang baru?

Pemerintah menyebarkan mitos ini ada tujuannya. Bagi pemerintah inflasi mempunyai beberapa fungsi.

1. Pajak atas tabungan

2. Memindahkan kekayaan riil dari penabung ke penghutang

3. Menghancurkan hutang

Pemerintah hidup dari pajak seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tetapi pajak bukanlah hal yang populer. Bayangkan kalau anda dikenai pajak 70%-80% dari harta dan penghasilan anda seperti yang dikenakan kepada Mick Jagger atau Cats Steven oleh pemerintah Inggris. Anda pasti marah. Apalagi kalau pajak ini mau diterapkan, dibebankan kepada seluruh rakyat. Pasti terjadi pemberontakan. Oleh sebab itu perlu diciptakan cara yang lebih halus dan tersembunyi di balik kekuasaan dan hak monopoli pencetakan uang. Misalnya pemerintah mencetak uang sehingga uang yang beredar bertambah 20% per tahun, jika barang dan jasa di dalam ekonomi tidak bertambah berarti nilai uang turun sebesar 20%. Artinya nilai riil tabungan anda turun, nilai riil gaji anda turun, nilai riil hutang anda juga turun.

Dengan mitos inflasi (bahwa inflasi = kenaikan harga-harga) berarti penguasa bisa menyalahkan para pelaku ekonomi terutama pedagang. Tuduhan bisa dilontarkan bahwa karena ulah pedagang menimbun barang menyebabkan harga naik. Kemudian tuduhan itu dibarengi dengan operasi pasar (menyalurkan barang dengan harga disubsidi) membuat image penguasa naik. Menjelekkan pedagang dan mendongkrak citra diri sendiri. Hal ini mudah dicerna dan didukung rakyat.

Perlu diketahui bahwa tuan tanah, tengkulak, penimbun, spekulator yang sering dijadikan kambing hitam oleh penguasa, sebenarnya mereka merupakan bagian yang penting dalam ekonomi pasar. Kalau mereka dihilangkan, ekonomi menjadi terganggu. Jangan salah mengerti, kata tuan tanah, tengkulak, penimbun mempunyai padanan kata yang berkonotasi positif. Tuan tanah adalah pemilik tanah, tengkulak adalah pengepul, penimbun adalah penyetok dan pemasok, spekulator adalah pelaku bisnis beresiko. Seorang nabi, pilihan Allah bernama nabi Yusuf adalah seorang penimbun dan spekulator. Allah mencontohkan bahwa menimbun barang adalah sesuatu yang halal, dengan diturunkannya nabi Yusuf. Nabi Yusuf menimbun bahan pangan hanya berdasarkan mimpi Fir’aun, itu namanya berspekulasi. Bulog (Badan Urusan Logistik) milik pemerintah Indonesia juga penimbun. Perbedaan antara Bulog dan penimbun/spekulator swasta ialah bahwa pelaku Bulog tidak mempunyai rasa memiliki sehingga rawan korupsi.

Supaya pengelabuhan ini lengkap, inflasi kemudian disamarkan dengan indeks harga bahan pokok. Kalau yang namanya indeks, cara menghitungnya bisa dibuat rumit, menjadi intimidatif jika ada yang mau menelusurinya dan tidak lagi transparan. Ini mengikuti hukum: “kalau kita tidak bisa menyakinkan orang, buatlah dia bingung supaya akhirnya pasrah dan tidak bertanya lagi”. Jadi jangan heran kalau dengar inflasi negatif tetapi harga diesel dan minyak goreng naik di atas 20%. Ini beberapa kali terjadi di Indonesia di tahun 2007. Dan tidak ada wartawan yang menyoal hal ini, karena sudah terintimidasi oleh rumit dan canggihnya perhitungan indeks harga bahan pokok atau indeks inflasi.

Sebagai pajak tabungan, inflasi sangat effektif dalam menjangkau “underground economic” (ekonomi bawah tanah). Bagi pekerja, tangan-tangan pajak bisa menjangkau penghasilan mereka melalui perusahaan. Pajak dipotong langsung oleh perusahaan. Lain halnya dengan tukang bakso, tukang sayur, pengemis, pemulung, tukang ojek dan profesi sejenisnya di sektor informal (baca: underground economy), mereka tidak kena pajak penghasilan atau pajak penjualan. Jangan dikira mereka ini penghasilannya rendah. Seorang pemulung yang mangkal di depan rumah saya, penghasilannya Rp 100.000 – Rp 200.000 per hari, 365 hari per tahun (tahun 2007). Jelas penghasilan mereka sudah melewati batas kena pajak. Sayangnya penarik pajak tidak bisa menjangkau mereka secara langsung. Oleh sebab itu diperlukan mekanisme untuk memajaki mereka yaitu lewat inflasi. Inflasi yang menggerus nilai riil tabungan mereka bisa disebut pajak terhadap harta pelaku ekonomi bawah tanah.

Contoh riilnya, misalnya seorang tukang becak yang di tahun 1980 mangkal di dekat Senayan. Dia memberi jasa mengantar penumpang sejauh kurang lebih 4 km ke Blok M. Sebagai imbalannya dia diberi uang sebesar Rp 300. Artinya Rp 300 mewakili jasa mengantar sejauh 4 km dengan becak. Uang ini disimpannya di lemari selama 27 tahun sampai tahun 2007. Pada saat dia sudah tua, dia mau naik becak dengan jarak yang sama. Kalau Rp 300 itu mewakili jasa mengantar sejauh 4 km dengan becak maka kapan saja dia gunakan tanda/alat pembayaran yang syah itu dia akan memperoleh jasa yang sama. Nyatanya tidak demikian. Di tahun 2007 diperlukan Rp 5000 – Rp 8000 untuk jasa yang sama. Artinya nilai riil tabungan si tukang becak ini sudah termakan oleh inflasi (baca: pajak tabungan dan pajak ekonomi bawah tanah) walaupun secara sadar si tukang becak tidak pernah merasa membayar pajak. Selama 27 tahun, tabungan tukang becak itu dipajaki nilai riilnya sehingga susut terus.

Inflasi sebagai pajak, mempunyai spektrum luas. Artinya sasarannya ialah siapa saja yang mempunyai uang yang di-inflasikan, tidak mengenal batas negara atau kewarganegaraan, tetapi siapa saja. Seperti US dollar, yang beredar dan ngendon di bank sentral banyak negara karena dijadikan cadangan devisa serta yang ada di tabungan perorangan, laju pertumbuhan dollar yang beredar sebesar 5%-12% misalnya, berarti nilai riil simpanan dollar turun dengan laju 5% - 12% per tahun. Kalau tabungan itu memperoleh bunga maka bunga itu bisa meredam sedikit turunnya nilai riil tabungan.

Mendapatkan pemasukkan negara/pemerintah/penguasa melalui inflasi sangatlah mudah. Syaratnya sekedar punya kekuasaan (dan monopoli) pencetakan/penerbitan/pengedaran uang. Sedangkan ongkos mencetak sangat murah, seperti yang pernah dibahas dalam bab Uang Politikus. Mencetak uang Rp 100.000 atau Rp 5.000 atau $ 100 atau kalau ada nanti Rp 1000.000, memerlukan usaha, tinta, kertas dan peralatan yang sama. Apalagi sekarang ini, uang tidak selalu berbentuk kertas melainkan juga catatan elektronik. Anda digaji melalui transfer elektronik. Belanja dengan kredit card atau debit card juga secara elektronik. Ketika bank memberikan hutang, tinggal mengkreditkan di rekening anda. Praktis penggunaan (uang) kertas sudah berkurang banyak. Catatan elektronik telah menggantikan kertas. Karena uang sekarang ini sebagian hanyalah catatan elektronik maka memciptakannya semakin mudah, hanya dengan pencetan tombol keyboard komputer. Kalau anda berjiwa kriminal, anda akan bertanya, “tentunya memalsukan uang sekarang menjadi semakin mudah dan sulit dilacak bagi hacker hacker ulung”. Mungkin saja. Bagi seorang hacker ulung, kalau bisa masuk ke sistem komputer otoritas keuangan dan mengkreditkan sejumlah uang di rekeningnya. Mudah bagi yang ulung dan tahu sistemnya. Tidak perlu lagi beli tinta dan kertas uang serta sembunyi-sembunyi mencetak dan mengedarkannya, melainkan harus tahu bagaimana agar tidak terlacak secara elektronis.


Indeks Harga Konsumer – Sulapan Statistik

Salah satu kata-kata bijak yang saya sukai adalah yang dipopulerkan oleh Mark Twain dan saya tidak bosan untuk mensitirnya:

There are lies, damn lies and statistics – Ada tipuan, tipuan canggih dan statistik.

Dengan kata lain bahwa statistik adalah tipuan yang lebih canggih. Pernahkah anda merenungkan kenapa pemerintah melalui biro statistik menggunakan indeks harga konsumen untuk melaporkan tingkat inflasi. Tidakkah anda pernah bertanya bagaimana mereka menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK). Terus terang, saya terlalu malas untuk mencari tahu bagaimana caranya memperoleh IHK. Kemungkinan caranya tidak ilmiah, tetapi dibuat nampak ilmiah. Ini adalah tuduhan dari saya yang mungkin salah.

Politikus dan pakar statistik-ekonomi/sosial berbeda dengan seseorang yang mempunyai latar belakang teknik. Bagi orang teknik, menggabungkan antara 1 kg jeruk dan 2 kg manggis dan mengatakan 3 kg buah adalah mereduksi persoalan. Dalam kasus inflasi, persoalannya dibuat sulit karena menggunakan Indeks Harga Konsumen. Di dalam IHK, terdapat bermacam-macam barang dengan perputaran yang berbeda jumlahnya di pasar. Kemudian jumlah uang yang beredar juga berubah-ubah. Tolok ukurnya (uang) jumlahnya berubah, demikian juga nilainya. Kemudian yang diukur juga tidak seragam. Misalnya untuk barang yang sama, komputer, bagaimana kita menetapkan harganya. Tahun 1990 komputer main-frame, 1 MB RAM, 200 MB harddisk, 5 MHz, monochrome monitor adalah komputer yang sangat canggih dan tidak terjangkau oleh perorangan. Harganya adalah US$ 15.000. Dua puluh tahun kemudian sebuah Lap-Top dengan kemampuan spesifikasi 1000 kali; 1,18 Ghz, 2,99 GB RAM dan 100 GB harddisk harganya hanya US$ 2.200.

Kondisi seperti yang telah diterangkan di atas membuka peluang untuk bermain-main dengan statistik. Data dikumpulkan, tidak hanya dari berbagai jenis barang, juga dari tempat-tempat yang berbeda. Kemudian diberi bobot, dicampur dan dimasak. Kalau tidak enak, dikasih barang yang disubsidi. Maka jadilah indeks. Padahal ada cara yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan jumlah uang yang beredar. Cara seperti ini tidak ada data yang perlu diolah dan dimasak. Untuk membuktikan bahwa Indeks Harga Konsumen tidak sahih, bisa diuji dengan harga emas.



(Bersambung minggu depan, insya Allah)


Disclaimer:

Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.